Paguyuban Seniman Tradisional Campursari Guyub Rukun (Foto: IN/ist)

INFOnews.id | Surabaya -Perkembangan jaman berjalan secara cepat dan sangat revolusioner. Tentu tidak mudah mengikuti perkembangan jaman yang sangat dipengaruhi oleh digitalisasi, terlebih bagi generasi ‘senior’, yaitu sebelum milenial, terlebih yang disebut Baby Boomers (1946-1964).

Namun tak sedikit fakta yang menunjukkan eksistensi komunitas yang mayoritas berisikan generasi tersebut, diantaranya Paguyuban Seniman Tradisional Campursari Guyub Rukun "Susigres" (Surabaya-Sidoarjo-Gresik). Intens berkumpul dan melakukan giat positif,

Paguyuban yang diketuai oleh Kasipan tersebut, mendapatkan apresiasi banyak kalangan, salah satunya aktivis milenial, ning Lia Istfihama. Bahkan, Doktoral Ekonomi Syariah UINSA tersebut, melalui seluler (10/6) menyampaikan rasa kagumnya spirit kebersamaan yang terlihat dalam kegiatan mereka.

“Saya pernah hadir secara langsung dalam acara paguyuban tersebut, yaitu 20 Maret lalu dan 29 Mei saat halal bi halal. Selama acara berlangsung, suasana kebersamaan memang terlihat kuat. Ini menunjukkan semangat positif yang berusaha mereka sampaikan kepada kita yang lebih muda, yaitu harus selalu menjaga kelangsungan budaya lokal dan menjaga persaudaraan dengan teman atau sahabat kita," urainya.

Ning Lia pun menambahkan bahwa tidak mudah menjaga semangat kelangsungan budaya ketika saat ini semakin banyak varian seni modern yang dianggap menarik oleh kalangan muda.

“Saya kira tidak mudah ya. Bahkan harus sabar dan tulus selama berikhtiar menjaga kelangsungan budaya. Karena jaman sekarang banyak sekali varian music dan seni. Anak-anak muda juga mudah bosan. Namun apa yang dilakukan paguyuban ini harus tetap kita apresiasi karena mereka inilah yang bisa menjadi teladan kita menjaga kearifan budaya lokal. Kalau kita tidak peduli terhadap ikhtiar tersebut, maka bagaimana budaya lokal tetap bertahan?”

Tak lupa, perempuan asal Surabaya tersebut juga menyampaikan rasa kagumnya pada lirik mars Paguyuban Guyub Rukun. Sedangkan secara terpisah, Kasipan selaku Ketua Paguyuban yang berdiri sejak 14 tahun lalu, berharap apresiasi dari ning Lia juga dimiliki kalangan milenial lainnya.

“Kami yang lebih tua, tentu berharap anak-anak muda atau milenial lainnya, sama-sama bergandengan tangan melestarikan budaya. Apa yang sudah kami rajut, semoga bisa diteruskan.”

Kasipan menambakan bahwa paguyuban guyub rukun merupakan upaya melestarikan budaya Jawa, terutama kesenian Campur Sari.

“Dengan kita menjaga kelestarian seni campur sari, maka seni tersebut Insya Allah tidak diambil alih atau diakui negara lain. Ini penting untuk menjadi perhatian kita semua,” pungkasnya.

Tombo Kangen Mars Guyub Rukun

Mas aku wis lali sliraku Dek semono yen dolan karo aku Pancen wis suwi, ra tau ketemu Wes sak mesti ne, lali aku

Mas mumpung, saiki legowo Jogetan perkembangan, karo konco Dadio tombo, kangen jero ne dodo Ojok lali marang, Kang Moho Kuoso

Reff

Sepi rasane, waktu bisa kancane Ngelamun terus, eling biyene Jaman semono, yen dolan rame rame Guyub rukun TVRI, Campur sari ne. Mas gelang alit ali ali Campursari tombo, kangene ati Firasat ngimpi, bareng iso tangi Roso kangen yo bisa mari. (*)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru