INFONews.id | Yogyakarta - Sejak pandemik COVID-19 melanda Kabupaten Bantul, Yogyakarta tak kurang dari 17 tenaga kesehatan yang konfirmasi positif COVID-19 dan sejumlah puskesmas ditutup sementara untuk sterilisasi. Sedangkan jumlah pasien konfirmasi positif mencapai 153 kasus dan hampir 70 hingga 80 persen merupakan orang tanpa gejala atau OTG.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja mengatakan dari 17 tenaga kesehatan yang konfirmasi positif sebanyak 14 nakes bekerja di fasilitas kesehatan pertama atau puskesmas dan sisanya bekerja di rumah sakit rujukan COVID-19.
Baca juga: Soal Lonjakan Covid-19 di Singapura, Dosen UNAIR Sebut Indonesia Perlu Waspada
"Kita belum bisa memastikan para nakes terpapar corona dari mana? Apakah dari pasien yang berobat, atau kontak dengan pasien positif atau nakes sendiri melakukan perjalanan," kata Agus Budi Raharja, Jumat (24/7/2020).
Gus Bud panggilan akrab Agus Budi Raharja untuk kasus konfirmasi positif yang mencapai 153 kasus dan 70 sampai 80 persen merupakan OTG sehingga sebagian pasien dirawat di Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19. Saat ini ini OTG yang dirawat di Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19 mencapai 40 pasien dari kapasitas 50 pasien. Sedangkan pasien yang memiliki penyakit penyerta seperti darah tinggi, jantung, gula akan langsung di rujuk ke rumah sakit rujukan COVID-19.
"Adanya kasus yang didominasi OTG maka masyarakat harus lebih waspada dan meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.
"Saya juga belum bisa memastikan apakah lonjakan kasus positif COVID-19 hingga 23 kasus atau orang pada awal pekan kemarin merupakan lonjakan yang tertinggi karena meningkatnya kasus konfirmasi positif COVID-19 akibat maraknya rapid tes yang menyasar kepada pedagang, Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) dan uji swab bagi nakes di Bantul," urainya..
Baca juga: Siswi SMP Ini Menemukan Bakat Menggambarnya Saat Wabah Covid
Agus mengakui sesuai target dari WHO, idelanya untuk uji swab dari 1 juta penduduk minimal ada 5 ribu uji swab dan perminggu minimal ada 1 ribu penduduk yang uji swab. Namun di Kabupaten Bantul hingga saat ini baru ada 3 ribu uji swab yang dilakukan sehingga masih belum ideal.
"Memang ada beberapa kendala yang kita hadapi ketika akan melakukan uji swab diantaranya keterbatasan SDM yang dimiliki hingga kapasitas laboratorium untuk memeriksa spesimen," ungkapnya.
Sementara juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr. Sri Wahyu Joko Santosa mengatakan dari 153 pasien positif COVID-19 di Bantul, 40 persennya merupakan pasien yang memiliki riwayat perjalanan dan 60 persennya tertular dari pelaku perjalanan yang melakukan interaksi di lingkungannya sebelum dinyatakan positif COVID-19.
Baca juga: Gubernur Khofifah Ajak Kembali Pakai Masker dan Perketat Prokes
"Memang awal adanya COVID-19 itu berasal dari pelaku perjalanan, kemudian menularkan kepada yang lainnya dan akhirnya menjadi transmisi lokal," terangnya.
"Karena yang terjadi saat ini adalah transmisi lokal maka masyarakat harus disiplin menjalankan protokol kesehatan,"tambahnya lagi. (hdw)
Editor : Tudji Martudji