Profesor Soetanto Soepiadhy (Foto: IN/tudji)

INFOnews.id | Surabaya - Ada kecenderungan dalam sejarah politik, sebuah rezim akan terus berupaya dengan berbagai caranya --sah maupun tidak-- berusaha kuat mempertahankan kekuasaannya.

Mengingat hal itulah, penyelenggara kekuasaan negara perlu diatur oleh norma-norma hukum, yang kemudian membentuk sistem bernegara. Sistem itu harus bisa dipastikan mampu memberi jaminan agar semua pihak yang terlibat di dalam negara, baik lembaga-lembaga negara, maupun kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat, dapat melakukan kontrol atas jalannya sistem penyelenggaraan itu.

“Kontrol yang kuat dan memberikan keseimbangan, diharapkan dapat memberi jaminan, bahwa sistem akan berjalan sebagaimana diinginkan. Harus ada kontrol, karena kekuasaan itu menggoda,” tulis Tanto, yang dikirim ke media ini, Senin (11/2/2024).

Betapa pentingnya konstitusi bagi sebuah negara. Karena konstitusi itulah yang memberikan kerangka bernegara yang dianggap ideal bagi sebuah negara.

Dia menyebut, konstitusi itu meletakkan dasar-dasar sistem bernegara, sekaligus mengatur mekanisme penyelenggaraannya. Konstitusi sebuah negara pada hakikatnya memuat gagasan-gagasan pokok bernegara bagi sebuah bangsa, yang di dalamnya dirumuskan sistem dan mekanisme penyelenggaraan negara.

Prof Tanto juga menuliskan sebuah kisah Pengkhianatan Brutus Dikisahkan, saat itu penguasa Republik Romawi, Julius Caesar, ditikam hingga tewas oleh Marcus Julius Brutus dengan sejumlah Senator Romawi.

Rencana itu bermula dari ketakutan para senator terhadap pemerintahan Julius Caesar yang semakin berkuasa. Peristiwa itu terjadi pada tahun 44 Sebelum Masehi.

Pada tahun 1998 di Indonesia, terjadi lengsernya Presiden Soeharto, dimana Harmoko tahu betul soal detik-detik jatuhnya rezim Soeharto. Bagaimana tidak, Harmoko menjabat sebagai pimpinan DPR/MPR selama 1997-1999.

Sebagai pimpinan lembaga legislatif, Harmoko pulalah yang meminta Soeharto meletakkan jabatannya. Padahal sebelumnya, Harmoko yang meminta Soeharto untuk kembali menjadi Presiden ke tujuh kalinya, dengan alasan rakyat masih mencintainya.

“Bagaimana, jangan-jangan sedang terjadi "pengkhianatan Brutus" dalam pemerintahan, khususnya di lingkaran istana sekarang ini?,” tulis Tanto. (*)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru