Bupati Bantul Sebut Lurah Seloharjo, Lurah PDI Perjuangan
Bupati Bantul Suharsono serahkan bantuan dari DPPKP Bantul kepada petani di Kecamatan Pundong (Foto:IN/daru)
INFONews.id | Bantul - Menjelang tahapan penetapan calon Bupati dan Wakil Bupati Bantul pada 23 September 2020 oleh KPU Bantul, tensi politik di Bumi Projotamansari semakin panas hal ini terungkap ketika Bupati Bantul Suharsono menghadiri acara Peresmian dan Serah Terima Hasil Kegiatan Tahun 2020, Dinas Pertanian Pangan Keluatan dan Perikanan (DPPKP) di Dusun Kalipakem, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.
Dihadapan tamu undangan diantaranya Camat Pundong, Kapolsek Pundong, Kepala Desa Seloharjo, Srihardono dan Panjangrejo serta perwakilan tani di Kecamatan Pundong, orang nomor satu di Kabupaten Bantul mengatakan bantuan BNPB untuk pembangunan enam jembatan yang hancur akibat badai Cempaka pada akhir tahun 2017 yang silam tepat jembatan Kentolan yang telah selesai dibangun namun belum diresmikan oleh Pemkab Bantul dan BNPB justru dibuatkan acara syukuran jembatan selesai dibangun dan dihadiri oleh pasangan AHM-JP.
"Itu dana yang mengimis-ngemis saya ke Jakarta namun justru telah dipolitasasi dengan menggelar acara syukuran yang dihadiri oleh pasangan AHM-JP," ungkapnya, Selasa (15/9/2020).
Tak hanya mempermasalahkan kegiatan syukuran warga atas selesainya jembatan Kentolan yang dihadiri pasangan AHM-JP, mantan perwira menengah Polda Banten justru mempertanyakan pembagian Program Indonesia Pintar (PIP) oleh politisi PDI Perjuangan Esti Wijayati yang juga menghadirkan bakal calon Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo.
"Itu PIP kan programnya pemerintah melalui aspirasi anggota DPR namun kok dipolitasasi untuk pemenanganan pasangan AHM-JP," ujarnya.
Tak hanya mempermasalahkan syukuran selesai dibangunnya jembatan Kentolan dan Program Indonesia Pintar, Suharsono yang akan kembali maju menjadi calon Bupati Bantul ini sempat menyentil, Lurah Seloharjo, Kecamatan Pundong, Mahardi Badrun yang disebut sebagai lurah dari PDI Perjuangan.
"Saya tahu lurah disini itu lurahnya PDI Perjuangan. Namun dalam pilkada ini jangan dilihat partai dalam memilih calon Bupati dan calon Wakil Bupati namun sosok yang akan maju dan memilih pemimpin yang terbaik bagi masyarakat Bantul," sindir Suharso kepada Lurah Mahardi Badrun yang saat itu duduk tak jauh dari Bupati Bantul Suharsono.
Suharsono mengatakan, saat dirinya maju Pilkada 2015 yang lalu keinginannya untuk memutus dinasti yang telah berkuasa selama 15 tahun dan dinasti tersebut bukan putra atau putri asli warga Bantul.
"Dan sesuai aturan maju bupati kan masih bisa dua kali. Jadi pilkada tahun ini saya maju kembali karena sesuai UU diperbolehkan. Salah jika saya dulu dikatakan hanya akan maju satu periode dan periode kedua tidak akan maju lagi," tegasnya.
Sementara Lurah Seloharjo, Marhadi Badrun menanggapi santai sentilan dari Bupati Bantul petahana Suharsono. Menurutnya semua warga Desa Seloharjo bahkan Kecamatan Pundong sudah tahu bahwa dirinya punya kedekatan dengan PDI Perjuangan dan tidak ada yang mempermasalahkan. Karena selama menjabat sebagai lurah tidak berpolitik prastis dan memilih netral apalagi saat ini menjabat sebagai lurah.
"Di UU kan jelas, perangkat desa harus netral. Kalau saya membantu salah satu calon Bupati atau calon Wakil Bupati maka saya bisa kena teguran bahkan sanksi dari Bawaslu. Panwascam saya setiap hari menjadi "pendamping" saya setiap ada acara," ungkapnya. (dar)
Editor : Redaksi