Madrasah Kader Nahdlatul Ulama, Wujud Penguatan NKRI


Infonews.id | Surabaya - Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Muslimat NU adalah salah satu Banom (Badan otonom) NU yang fokus pada bidang layanan. Sementara, Fatayat NU lebih fokus advokasi dan IPPNU pada kaderisasi, artinya, organisasi sayap perempuan NU telah memiliki spesifikasi masing-masing.

“Kita ingin antara kuantitas dan kualitas berseiring. Apakah TPQ, PAUD, TK atau RA karena fokus layanan pendidikan di Muslimat itu ada payung hukumnya yaitu, YPM (Yayasan Pendidikan Muslimat) Nahdlatul Ulama,” kata Khofifah yang juga Gubernur Jawa Timur, saat berbicara di Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jumat (10/1/2020).

Baca juga: Bambang Pacul: Pendidikan Politik Jadi Syarat Mutlak Demokrasi Ideal

Khofifah menjelaskan bahwa di YPM NU itu memiliki 10 Balai Latihan Ketrampilan (BLK), lalu 6800-an PAUD, kemudian hampir 10 ribu TK dan RA, dan TPQ sekitar 16.500-an. “Ini layanan pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Muslimat NU. Selain itu, Muslimat NU juga memiliki Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),” urainya.

Untuk layanan kesehatan, Muslimat memiliki Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM) NU yang mengelola layanan kesehatan dan layanan sosial, seperti panti sebanyak 143 Panti Asuhan, 10 panti Lansia, 73 rumah sakit dan klinik.

"RS Siti Hajar di Jatim awalnya itu pengelolanya adalah Muslimat NU, setelah berkurban kemudian bersama-sama NU tapi ketua Yayasan Siti Hajar tetap Muslimat. Yayasan Kesejahteraan Muslimat sekarang dikembangkan ada klinik pratama serta 5 kinik hemodialisis,” urai Ketum PP Muslimat NU itu.

Muslimat juga memiliki Yayasan Haji Muslimat (YHM) NU sebanyak 156 KBIH yang fokus memberikan bimbingan haji di lingkungan Muslimat NU.

"Untuk menjaga kemabruran lalu kita kembangkan Majelis Dzikir Muslimat NU. Tapi majelis dzikir dan majelis taklim Muslimat NU itu payung hukumnya yaitu Yayasan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU, sekarang ada sekitar 69 ribuan majelis taklim di lingkungan Muslimat NU," tambah mantan Mensos itu.

Yang memiliki badan hukum lainnya,  adalah induk koperasi Annisa yang sekarang ada 9 pusat koperasi (Puskop) di tingkat provinsi. Lalu 144 koperasi primer yang berbadan hukum, baik yang sudah di bawah naungan Puskop maupun belum.

Baca juga: BRI Surabaya BO Diponegoro Serahkan Gerobak BRILiaN dan Salurkan Zakat Paket Pendidikan YBM BRILiaN

"Di Indonesia mungkin ada 4 induk koperasi perempuan, salah satunya adalah milik Muslimat NU yaitu induk koperasi Annisa," terang Khofifah.

Ditambahkan, melalui 5 layanan inilah yang menjadi fokus Muslimat. Artinya tidak hanya dakwah melalui ceramah atau istighotsah tapi dakwah juga dakwah melalui pendidikan, layanan kesejahteraan muslimat, layanan sosial seperti panti juga layanan kesehatan di Muslimat, kemudian yayasan haji, yayasan himpunan daiyah majelis taklim dan induk koperasi Annisa.

Kata Khofifah, MKNU diikuti 22 provinsi selama 3 hari ini, bertujuan untuk memperkuat ruh Ahlussunah Waljamaah (Aswaja) berupa fiqroh (pemikiran), harakah (gerakan) dan amaliyah (aktualisasi). Artinya pikiran kita itu beraswaja seperti apa sih.

“Kalau Kiai Said tadi banyak bercerita soal Islam Wasatiyah (Attawasut) yang merupakan kristallisasi dari Aswaja, salah satunya adalah Attawasut (bagaimana kita membangun moderasi), kemudian Attasamuh, tapi karena waktunya mepet sehingga kurang diulas oleh Kiai Said,” jelas Khofifah.

Baca juga: Inspirasi Schools Sidoarjo siap Wujudkan Generasi Emas 2045

Gubernur perempuan pertama di Jatim ini menjelaskan, peserta MKNU disiapkan untuk menjadi corong ke publik bahwa ada sifat, sikap dalam pola pikir, dalam gerakan maupun dalam beramal yang di NU itu dikristalisasi menjadi Mabadi’ Khoiru Ummah.

“Pada posisi ini bagaimana moderasi, bagaimana toleransi atau tasamuh, kemudian bagaimana adil. Semua ini posisi yang memang harus di internalisasikan di dalam diri setiap warga NU baru kemudian dia akan bisa menyampaikan pesan bagaimana sikap wasatiyah, sikap moderasi harus dibangun," katanya.

Sikap wasatiyah bisa dikembangkan dalam Syariat menganut madhab Imam Syafi’i, Tasawuf (akhlak) menganut Imam Al Ghozali, Akidah menganut Imam Abu Hasan Al Asy’ari.

"MKNU ini akan dilanjutkan dengan TOT, sehingga sepulang dari sini mereka sudah bisa menjadi trainner untuk menyemaikan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan keadilan. Diharapkan, seluruh penguatan yang dilakukan di NU juga bisa menjadi penguat dalam upaya membangun suasana damai dan kondusif di negeri ini.(tji)

Editor : Redaksi

Photo
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru