Kiai merupakan gelar yang diberikan kepada tokoh agama Islam yang sangat dihormati.

INFOnews | Surabaya – Kiai merupakan gelar yang diberikan kepada tokoh agama Islam yang sangat dihormati. Ketika mendengar kata “Kiai” yang terlintas, ketika kita ingin berkunjung atau sowan ke rumah kiai hanya berkah dan saran yang diharapkan, tapi bagaimana ketika berkunjung malah mendapatkan uang, bahkan sarung. Hal itu menjadi salah satu alasan M. Mas’ud Aadnan menulis Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Buku yang mengisahkan tentang kiprah dan succsess story Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA, itu dianggap inspiratif sekaligus membuka kesadaran publik tentang pentingnya seorang ulama menjadi kaya raya sekaligus dermawan. Hal tersebut menjadi topic yang menarik sekaligus inspiratif dalam Airlangga Forum edisi 101, yang bertemakan  “Ngaji Buku : Kiai Miliarder Tapi Dermawan”.

Pada edisi ke 101 ini Airlangga Forum dipandu langsung oleh Suparto Wijoyo atau biasa dipanggil Prof. Jojo yang juga selaku wakil direktur 3 sekolah Pascasarjana UNAIR dan  Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA selaku pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah, H. Baddrut Tamam, S.PSI., M.H.P selaku bupati Pamekasan, Prof. Badri Munir Sukoco selaku direktur Sekolah Pascasarjana UNAIR, Munif At-Tamimi., M.A. selaku mahasiswa PSDM Sekolah Pascasarjana UNAIR, dan Mas'ud Adnan selaku penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan sebagai narasumber. Forum yang diselenggarakan pada hari Jum’at (30/8/22), di ruang Majapahit Tower ASSEC Jl. Airlangga dan ini disiarkan oleh berbagai radio yang bergabung pada Asosiasi Lembaga Penyiaran Publik Lokal (ALPPL) Jawa Timur.

Dalam Airfor edisi ke 101, Mas’ud menyampaikan jika sang Kiai pantas disebut sebagai miliarder. Karena saat ini pondok pesantren yang dipimpinnya memiliki sekitar 16 ribu santri dengan total aset tanah mencapai kurang lebih 100 hektare. Tidak hanya itu saja, bu Nyai Alif Fadilah istri KH Asep saat ini juga mengelola kantin pondok yang pendapatannya bisa mencapai Rp. 2 miliar dalam setahun.

Sementara itu, Prof. Badri Munir Sukoco  dalam forum diskusi, mengaku jika dirinya tidak heran apabila Kiai Asep bisa menjadi miliarder. Menurutnya beliau sangat disiplin dan konsisten dalam mengelola pondok pesantrennya.

“bayangkan saja setiap pagi pak kiai selalu berangkat dari rumahnya di siwalankerto surabaya ke pondok pesantren di pacet,” kata Prof. Badri menceritakan isi buku itu.

Selain itu menurut Prof. Badri, Kiai Asep merupakan role model seorang pemimpin pondok pesantren modern yang telah dianugerahi berbagai penghargaan.

Pada kesempatan itu Kiai Asep yang juga hadir secara langsung dalam forum diskusi, sedikit menceritakan tentang awal-awal dirinya mendirikan pondok pesantren pada 2006 di Pacet. dia mengatakan saat itu akses di lokasi pondoknya sangat sulit untuk dijangkau.

“kita tidak punya apa-apa dulu. hanya asrama kecil dan gudang kayu di belakang. kelasnya juga hanya dua,” ucapnya.

Namun saat itu, Kiai Asep berambisi untuk menjadi pondok tersebut sebagai kiblat pendidikan berbagai keilmuan dan kebudayaan untuk dunia. (Inf/mad)

Editor : Redaksi

Berita Terbaru