Coast Guard China (Foto:IN/Tangkapan Layar)

INFOnews.id I Surabaya - Media asing menyebut China tidak hanya mengerahkan Coast Guardnya untuk menjelajah Laut China Selatan, namun juga menerjunkan  kapal kapal survey mereka.

Lebih mengejutkan lagi, laporan itu menyatakan kapal survei China hampir berada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia selama seminggu.

Kapal yang dimaksud, yakni Haiyang Dizhi 9 dan 10 sering beroperasi di Natuna Utara, dan Haiyang Dizhi 9 beroperasi di Beting Ali, Malaysia.

Kehadiran kapal survei dan coast guard China di Natuna Utara membuat Pemerintah Indonesia disebut dalam keadaan tertekan.

Sebab itu, banyak pihak mendesak supaya Indonesia segera mengambil tindakan tegas. "Data pelacakan kapal yang diperoleh benarnews.org pada hari Jumat menunjukkan kapal survei China Haiyang Dizhi 10 terus beroperasi di Blok Tuna di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, hampir seminggu setelah kapal induk AS berlayar dalam jarak 50 mil laut darinya," ujar Radio Free Asia.

"Catatan pelacakan kapal juga menunjukkan kapal penjaga pantai China 4303 berada di dekatnya pada Kamis malam," lapor RFA.

Desakan agar Indonesia bersikap tegas, sempat menjadi trending di Twitter, dengan menyeret nama Menhan Prabowo Subianto, dengan #PrabowoJawabAncamanChina, Senin, 20 September 2021.

Tagar dilambungkan netizen di Twitter seiring makin panasnya situasi di LCS. Untungnya Prabowo cepat tanggap dan menjawab desakan itu dengan berjanji akan membawa pulang teknologi kapal perang canggih jenis Frigate tipe Arrowhead 140.

Diketahui, kapal itu hasil kerjasama pemerintah RI dengan pemerintah Inggris. Bahkan Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengklaim kapal ini merupakan tercanggih dari kapal perang yang ada.

"Frigate tipe Arrowhead 140 bikinan Inggris yang teknologinya dibawa pulang Prabowo adalah kapal perang ringan tercanggih yang ada sekarang," kata Dasco dalam keterangan tertulis, dikutip Galamedia.

Bontang Akan Pepet Haiyang

Dilansir dari Zonajakarta bahwa Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II TNI AL Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah memberikan komando agar KRI bertolak ke kawasan Laut Natuna Utara.

"Angkatan Laut Indonesia mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengerahkan lima kapal untuk mengamankan Laut Natuna, dengan tiga atau empat kapal bergantian di laut,"

Salah satunya adalah KRI Bontang yang diperintahkan membuntuti Haiyang Dizhi 10

Di samping itu, demi menjaga kedaulatan negara, TNI AL juga akan menggunakan pesawat terbang menggelar patroli maritim, mengawasi pergerakan di Laut Natuna Utara secara rutin.

"Empat KRI berada di Laut Natuna Utara… Kami ingin memberikan kepercayaan kepada nelayan atau pengguna laut di Laut Natuna Utara, dan laut terkendali karena keberadaan KRI di sana," ujar Arsyad

Namun, dibalik semua itu, RFA pada sisi lain mengupas bila TNI AL dan Bakamla meremehkan keberadaan kapal China di Natuna Utara. Padahal, media itu menyebut kapal survei China Haiyang Dizhi 10 diketahui beroperasi di ZEE Natuna Utara sejak Agustus 2021.

"Kedua lembaga itu (TNI AL dan Bakamla) tampaknya mengecilkan arti kehadiran kapal-kapal China (di Natuna Utara)."

China Makin Ambisi

Atas ambisi besarnya menguasai kekayaan sumber daya alam di perairan internasional tersebut, China kian meningkatkan pertahanan dan membangun kekuatan militernya.

Langkah yang dilakukan China itu, diprediksi suatu saat akan mampu menaklukkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Dilansir Tribunnews, Forbes menuliskan sebuah wadah pemikir AS telah mengumpulkan peta interaktif tentang bagaimana pangkalan udara, rudal dan radar China di LCS.

Seiring dengan Beijing sedang memproyeksikan kekuatan militernya menyasar ke Singapura, Vietnam bahkan Indonesia.

Peta yang disusun oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional itu, menggambarkan bagaimana jangkauan senjata dan radar China yang menempatkan senjatanya di berbagai pulau kecil dan terumbu karang di LCS.

Misalnya Pesawat Pembom H-6 China, yang berbasis di Pulau Woody, dapat menyerang target di dunia negara berbeda. Pulau Woody yang berjarak sekitar 400 mil dari Hong Kong itu diperkirakan mampu menyerang target jauh di timur Filipina dan selatan Singapura.

Selain itu mampu menghantam rute perdagangan internasional di Selat Malaka hingga ibu kota Indonesia, Jakarta.

Sedangkan pesawat tempur J-11 China, dapat menjangkau Singapura, Balikpapan dan Laut Jawa di Indonesia, serta ke timur FIlipina. Berikutnya, Vietnam Selatan dan Malaysia akan berada dalam jangkauan kekuatan udara China.

Demikian juga rudal anti kapal dan anti pesawat China, yang dikerahkan di Kepulauan Spratly, sekelompok terumbu kecil di tengah Laut China Selatan, memungkinkan rudal China menjangkau seluruh wilayah Asia Tenggara, menurut peta CSIS.

Dari Mischief Reef, sekitar 900 mil tenggara Hong Kong dan 500 hingga 600 mil dari Manila dan Kota Ho Chi Minh, rudal jelajah anti-kapal YJ-62 dan YJ-12B China dapat menyerang sejauh pantai Vietnam, Brunei dan Filipina pulau Palawan.

Sementara pakar urusan Asia CSIS, Greg Poling memaparkan, bahwa peta menunjukkan pentingnya LCS untuk memproyeksikan kekuatan Beijing di wilayah tersebut.

“Jika China tidak memiliki fasilitas di Spratly, China tidak akan dapat menempatkan pesawat patroli dan jet tempur di atas Selat Malaka atau Indonesia tanpa pengisian bahan bakar udara atau menggunakan kapal induk di masa depan,” kata Poling. (rya/red) 

Editor : Rony

Berita Terbaru