Bikin Perancis Murka, China Kecewa, Australia Malah Catut Indonesia
Infonews.id I Surabaya - Semakin angkuhnya Tiongkok atas klaim mereka terhadap kepemilikan Laut China Selatan(LCS) bikin Australia geram, tanpa diduga mereka mengajak Amerika Seriat dan Inggris membikin kesepakatan aliansi militer (AUKUS).
Kesepakatan tersebut, sontak saja mengagetkan dunia, sebab beberapa negara menyoroti soal rencana pengembangan kapal selam bersenjata nuklir di Australia
Langkah taktis Australia yang diambil ini, dinilai untuk menghentikan laju China dalam ekspansinya ke LCS. Apalagi China telah mengenalkan undang-undang maritim baru, yang mengharuskan tiap kapal melapor saat melewati perairan yang disengketakan itu.
Menariknya, Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Peter Dutton malah menyeret nama Indonesia, selain itu nama Vietnam, dan Korea Selatan (Korsel) pun turut dicatut.
Dutton menyebut mereka sebagai mitra Australia, dan hal ini dipandang merupakan kesuksesan bagi dunia untuk memastikan bertahan lama.
"Apa yang diinginkan Australia? Kami ingin perdamaian berkelanjutan di kawasan kami, kami menginginkan stabilitas, kami ingin ada kesempatan bagi Indonesia, Vietnam dan Sri Lanka dan Korea untuk terus berkembang dan memberikan standar hidup yang lebih baik bagi rakyat mereka dan hasil kesehatan yang lebih baik," kata Dutton seperti diberitakan Sky News, dikutip dari detik.
Disangkut pautkannya nama Indonesia oleh Dutton, telah dikonfirmasi Kementrian Luar Negeri.
Jubir Kemlu RI Teuku Faizasyah memastikan telah dikonfirmasi bahwa Australia telah memberitahu RI terkait pengembangan nuklir.
"Menlu Australia Marise Payne pada dini hari tadi waktu Indonesia telah menelepon Menlu RI (Retno Marsudi) dan menjelaskan terkait pengumuman PM (Australia, Scott) Morrison tersebut, khususnya mengenai pengadaan kapal selam nuklir," kata Faizasyah kepada kumparan.
Sikap Indonesia.
Kemenlu juga mengeluarkan 5 sikap terkait rencana pembelian kapal selam nuklir Australia itu.
Dilansir dari PikiranRakyat, berikut ini pernyataan 5 sikap tegas Indonesia:
1. Indonesia mencermati dengan penuh kehati-hatian tentang keputusan Pemerintah Australia untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir, seperti dikutip dari Kemenlu, Minggu, 19 September 2021.
2. Indonesia sangat prihatin atas terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan.
3. Indonesia menekankan pentingnya komitmen Australia untuk terus memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi nuklir.
4. Indonesia mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation.
5. Indonesia mendorong Australia dan pihak-pihak terkait lainnya untuk terus mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan secara damai. Dalam kaitan ini, Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di Kawasan.
Perancis Murka, China Angkat Bicara.
Dengan Kesepakatan AUKUS tersebut, menyebabkan Australia membatalkan perjanjian pembelian kapal selam rancangan Prancis.
BBC memberitakan, jika pada tahun 2016 silam, Prancis memenangkan kontrak pembuatan 12 kapal selam untuk Angkatan Laut Australia sebesar A$50 miliar (Rp 522 triliun).
Namun, proyek dilaporkan mengalami penundaan. Karena permintaan Australia agar komponen kapal menggunakan banyak komponen dalam negeri.
Proyek pembatalan kapal selam itu, membuat Prancis murka. "Ini benar-benar menikam dari belakang. Kita telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info.
Bagi Tiongkok AUKUS dinilai sangat merusak perdamaian dengan mengintensifkan perlombaan persenjataan senjata.
Menurutnya, AUKUS merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional. "China selalu percaya bahwa mekanisme regional apa pun harus sesuai dengan tren perdamaian dan perkembangan zaman dan membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama ... Itu tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun atau merusak kepentingannya," kata Juru Bicara Kemenlu China Zhao Lijian dalam briefing reguler di Beijing, dikutip CNBC dari Reuters
Namun, saat wawancara dengan stasiun radio 2GB, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison malah menuding China memiliki program pembangunan kapal selam nuklir yang sangat substantif.
"Mereka memiliki hak untuk mengambil keputusan demi kepentingan nasional mereka untuk pengaturan pertahanan mereka, dan tentu saja begitu juga Australia dan semua negara lain," ujar Morrison.
Australia sangat sadar akan kemampuan kapal selam nuklir China dan investasi militer yang berkembang, ungkapnya dalam wawancara dengan televisi Channel Seven.
Sementara, Dutton mengklaim AUKUS muncul di tengah kebutuhan untuk menghadapi ancaman nyata dan meningkat. "Ini adalah keputusan bersejarah dan kami sangat berterima kasih atas hubungan kami dengan Amerika dan Inggris," katanya.
"Ini telah menjadi proyek yang telah dikerjakan untuk jangka waktu yang sangat lama dan ini tentang menangani ancaman dan ancaman itu nyata dan meningkat, kita harus sangat jujur tentang itu," ujarnya. (rya/red)
Editor : Rony