Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim (Foto:IN/Ist)

INFOnews.id | Sidoarjo - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meminta kepada seluruh jajaran BMKG, BPBD, Dishub, PU Cipta Karya, Bina Marga dan Dinas Sosial untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan tinggi akibat fenomena Anomali Iklim La Nina.

"Berdasarkan data dari BMKG menunjukkan, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan naik 25 persen," kata Gubernur Khofifah usai memimpin Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim, Sidoarjo, Rabu (21/10/2020).

Gubernur Khofifah meminta, semua pihak utamanya instansi yang memiliki kemampuan kebencanaan untuk segera memitigasi dari setiap potensi kebencanaan dari hulu hingga hilir. Rapat itu diharapkan bisa membreakdown secara detail. Terutama pada jalur-jalur evakuasi kepada masyarakat jika terjadi bencana banjir, longsor atau angin puting beliung.

Seluruh instansi kebencanaan juga harus melakukan antisipasi bersama dan segera dibuat item yang lebih terukur mulai dari hulu hingga hilir.

"Saya minta ini harus di detailkan, baik BMKG, BPBD, Dinsos, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, hingga Bappeda dan seluruh instansi kebencanaan untuk mengantisipasi adanya dampak yang terjadi. Ini sesuatu yang kompleks karena kebencanaan yang terjadi dapat mengakibatkan kemiskinan baru," tegasnya.

Juga diinstruksikan jajarannya segera memitigasi secara detail dengan mulai menghitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat. Termasuk, tempat evakuasi, dampak sosial dan ekonomi seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya.

"Kalau kita bisa mendetailkan koordinasi secara operasional, akan bagus dalam melangkah menangani kesiapsiagaan bencana. Kami tidak ingin terlambat merespon adanya fenomena La Nina," terangnya. 

Khofifah juga mengingatkan, bahwa di masa Pandemi Covid-19 ini penanganan bencana harus dilakukan secara detail dan terukur.

"Kita harus membreakdown, jika nanti ada evakuasi. Pandemi Covid belum berakhir. Kita sama-sama melakukan antisipasi lebih terukur melalui pola mitigasi mulai dari hulu hingga hilir, seperti apa," ungkapnya. 

Gubernur menghimbau, jika nantinya terjadi banjir, puting beliung, maupun longsor bisa melakukan evakuasi dimana saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Inilah yang membedakan antara antisipasi resiko bencana alam saat ada dan tidak ada pandemi Covid-19. 

Pemprov Jatim, dalam waktu dekat juga menggelar apel kesiapsiagaan bencana bersama semua pihak untuk mengantisipasi dampak kebencanaan dan dipersiapkan dengan detail. 

Khofifah menghimbau  masyarakat agar tetap berhati- hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, sambaran petir, pohon tumbang dan jalan licin.

"Intinya kami ingin masyarakat tetap waspada namun harus tetap tenang dan jangan panik," tegasnya. 

Apel Kesiapsiagaan 

Guna mengantisipasi dan meningkatkan kewaspadaan, Khoffiah akan memimpin apel kesiapsiagaan di tiga titik daerah yakni satu titik di daerah mataraman, satu titik di daerah tapal kuda dan satu titik di daerah pantura.

Nantinya, dalam apel tersebut akan di breakdown kesiapsiagaan yang harus dilakukan oleh BPBD, Tagana serta terkonfirmasinya kepala daerah dalam peta terdampak adanya fenomena La Nina, MJO dan Hidrometeorologi.

"Kami akan melakukan apel secara simultan bersama BPBD dan Tagana serta 22 kabupaten/kota di Jatim. Jadi kita akan melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sehingga masyarakat tetap tenang dan tidak panik," ujar Khofifah.

Kemudian, Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq mengatakan, La Nina bukan merupakan badai melainkan fenomena kenaikan suhu muka laut di Pasific Utara yang membawa perubahan cuaca di Indonesia.

"Kami ingin semua melakukan deteksi lebih dini agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan," tutupnya. (*)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru