PDI Perjuangan (Foto: ist)

INFONews.id | Surabaya - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengumumkan rekomendasi nama-nama yang akan dijagokan untuk maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Desember 2020, mendatang. Untuk Kabupaten Kediri, muncul nama Hanindhito Himawan Pramana dan Dewi Maria Ulfa; Kota Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo dan M Mochammad Hasjim Asjari; Kota Blitar adalah Santoso dan TjukTjuk Sunario; Kabupaten Trenggalek adalah M Nur Arifin dan Syah Muhammad Natanegara; Kabupaten Blitar adalah Rijanto dan Marhaenis; Kabupaten Mojokerto Pungkasiadi dan Titik Mas'udah. 

Sementara, untuk Kota Surabaya belum memunculkan siapa nama yang akan diusung di pemilihan Walikota Surabaya. 

Hari Fitrianto pengamat politik dari Univestitas Airlangga (Unair) Surabaya menjabarkan, kalau posisi PDI Perjuangan, saat ini tidak seperti di jamannya Tri Rismaharini dulu, yang sangat menguntungkan, dengan memunculkan pasangan Bambang DH-Tri Rismaharini.

Hari menyebut, pasangan yang akan dijagokan untuk maju di pemilihan wali kota dan wakil walikota harus benar-benar diperhitungkan dengan matang, tidak boleh salah pilih.

"Kondisi PDI Perjuangan di Surabaya saat ini tidak sebagus dijamannya Tri Rismaharini. Saat itu, Risma meski belum dikenal, tetapi sangat diuntungkan dengan posisi Bambang DH, yang elektabilitasnya cukup tinggi," kata Hari Fitrianto, dihubungi Jumat (17/7/2020).

Lanjut Hari, saat itu Risma dianggap sosok yang netral dan Bambang DH adalah kader partai (PDI Perjuangan) yang cukup kuat. "Nah, pasangan saat itu murni pasangan milik PDI Perjuangan. Saat itu hampir tidak ada partai yang mampu menandingi PDI Perjuangan," katanya.

Sementara untuk menjawab kondisi saat ini, lanjut Hari, jika PDI Perjuangan atau Risma yang (sengaja atau tidak) memunculkan sosok Erik Cahyadi. Menurut Hari, kalau mau jujur, kondisi saat ini jika dipaksakan akan merugikan.

Dia memberikan gambaran, PDI Perjuangan saat ini tidak seperti jamanya Risma. Karena, selain Erik masih banyak nama lain utamanya di internal partai yang elektabilitasnya tinggi.

"Misalnya, kita tahu ada Whisnu, meski angkanya masih dibawah 50 persen Whisnu masih tinggi. Dan, PDI Perjuangan di Surabaya saat ini memiliki tantangan yang sangat tinggi, misalnya dengan munculnya Mahfud Arifin," urai Hari.

Menurut Hari, jika yang dimunculkan Erik Cahyadi, akan sangat tidak menguntungkan. Karena tidak ada jaminan siapa yang akan menjadi pendongkrak untuk meraih kemenangan di Pilkada Kota Surabaya. Hari kembali menegaskan, ini sangat berbeda dengan dijamannya Risma-Bambang DH.

Sementara, untuk menjaga keutuhan dan menghindari keretakan di internal partai dan mengantisipasi ketidakharmonisan di pemerintahan. Hari menjelaskan, di birokrat ada sistem rangking dan angkatan. Artinya, di atas Eri masih banyak ASN senior.

"Tetapi karena tidak mendapat endorsement, itu akan menimbulkan 'kecemburuan'. Ini yang harus dihindari oleh PDI Perjuangan," katanya.

Untuk diketahui, hingga saat ini PDI Perjuangan masih belum memunculkan sosok yang dijagokan maju di pemilihan Wali Kota/Wakil Walikota Surabaya. (tji)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru