Corona Virus Tak Wajar, Penangkalnya Kunyit
Infonews.id | Surabaya - Ditemui di kantornya Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), seniman Surabaya Taufik Hidayat atau akrab dengan sapaan Monyong, menceritakan perjalanan 'lelaku' terkait upaya menguak 'serangan' Corona Virus Diseases (Covid-19) yang mewabah ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Dia menyebut, di sebuah kesempatan jauh sebelum virus mematikan itu menjalar, bersama gurunya dan tiga sedulur sesama pelaku spiritual mengamati gejolak yang olehnya disebut 'serangan jahat'.
"Saya tidak sendiri, sama guru saya, juga ada sedulur-sedulur, Pak Sis, Sugik dan Abah Slamet," ucap Monyong mengawali ceritanya, malam itu. Hasil temuannya, gejolak aneh itu bukan gejala alam biasa melainkan 'serangan' disengaja. Kita harus lawan. Leluhur kita juga tidak terima dengan perilaku yang mereka lakukan dengan menebar virus Corona ini," lanjutnya, sambil menunjukkan sederet simbol, yang dikatakan dari Bahasa Ibrani.
Coretan itu, dikatakan tidak nggarang, tapi hasil lelaku yang sengaja dilakukan menuruti "perintah" untuk menguak virus "kiriman" itu.
Disela obrolan, dia kembali menyela, dia mengatakan dua rekannya yang lain sempat datang, Baron dan Julius mereka menyebut kalau mempelajari huruf-huruf itu lumayan sulit.
"Teman saya menyebut, itu pelajaran di S2, keberadaannya 950 tahun lalu," katanya.
Kembali ke ceritanya, lelakunya, yang dia lihat saat itu ada lingkaran kuning yang tidak biasanya terjadi, warna kuning melingkar di sekitar matahari.
Warna seram, mengisyaratkan serangan yang tidak bersahabat. Dan, semalam dia kembali melakukan penerawangan, dilangit melihat rasi bintang Aquarius. Namun, dia belum menceritakan soal itu.
Menghadapi Pandemi Covid-19 atau Corona ini dia menyarankan untuk mengikuti ketentuan yang dianjurkan pemerintah atau Gugus Tugas Covid-19. Jaga kebersihan, cuci tangan, pakai masker, jaga jarak dan tidak keluar rumah jika tidak urgent.
Hal penting, masih kata dia, untuk menangkal Corona, para leluhur telah memberikan obat mujarab, yakni kunyit (bahasa Jawa Kunir).
"Kunyah kunyit aja, atau oleskan ke tangan ke tubuh. Karena pengaruh virus itu kayak setrum, kita pegang apa aja bisa kena. Leluhur kita sejak dulu memberikan ini (kunyit) untuk penangkal," katanya.
Dia menyebut, virus Corona menyerang atau masuk melalui pernafasan kemudian ke seluruh darah, puncaknya menghentikan nadi pernafasan.
Menurutnya di dalam rongga mulut ada enzim, dan virus itu masuk merusak imun enzim, untuk mengalahkannya dengan mengunyah kunyit menjadi penangkal kuat untuk mengalahkan virus jahat itu.
"Silahkan tanya dan dicek ke dokter tentang khasiat kunyit, karena saya bukan dokter," ucapnya. Reaksi kunyit di dalam tubuh, akan membunuh dan mengalahkan virus di darah.
"Kunyit berasal dari tanah, di tanah ada leluhur kita sejak dulu yang meninggal terkubur, itu memberi kekuatan untuk mengalahkan serangan ini," jelasnya.
Lelaki berdarah Madura itu kembali menekankan, kalau asal usul Corona menyebar di lingkaran matahari, warnanya kuning. Itu penggalan matahari kemudian menjadi penyakit, melalui udara.
Ditambahkan, virus itu separuh rohani separuh fisik. Diciptakan untuk memusnahkan setengah populasi manusia di muka bumi.
Kemudian, ritual lanjutan dilakukan, dikatakan, turunnya hujan di malam hari dan limpahan letusan gunung merupakan rentetan reaksi leluhur bangsa ini yang tidak rela anak cucunya diganggu serangan jahat.
"Hujan dan semburan gunung api itu membersihkan virus di udara. Langit sekarang cerah, yang sebelumnya surem. Semoga ini pertanda baik, virus akan hilang," katanya.
Menurutnya virus Corona segera berakhir, itu ditandai cerahnya langit akhir-akhir ini. Dan, dia melakukan itu sesuai panggilan hati untuk melindungi negeri ini. (tji)
Editor : Tudji Martudji