Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Unair Inisiasi Pojok Herbal di Lombok Barat
LOMBOK, iNFONews.ID - Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) menyelenggarakan program pengabdian masyarakat (pengmas) di Desa Lombok Barat. Kegiatan berlangsung di Balai Desa Bengkaung Kecamatan Batu Layar pada Jumat, 25 Oktober 2024 ini mengusung tema “Pembentukan Pojok Herbal untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat di Desa Bengkaung Batu Layar, Nusa Tenggara Barat”.
Program ini dipimpin Prof. Dr. apt. Aty Widyawaruyanti, M.Si, dan didukung oleh dosen dan mahasiswa S2 dan S3 Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Kegiatan pengmas Unair ini juga didukung oleh Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Mataram dan Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah Nusa Tenggara Barat. Pengmas Fakultas Farmasi Unair juga melibatkan kader PKK Desa Bengkaung sebagai peserta.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Prof. Dr. apt. Aty Widyawaruyanti, M.Si mengatakan, banyak potensi pada Desa Bengkaung yang masih bisa dikembangkan, karena sumber daya alamnya yang berlimpah.
"Desa ini menghasilkan berbagai jenis buah-buahan dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan berbagai jenis produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan lainnya," terangnya.
Ia bilang, penduduk Desa Bengkaung juga mudah diajak kerjasama dalam menerapkan hal yang baru, bahkan Desa ini pernah menjuarai lomba TOGA tingkat provinsi. Sehingga di tiap rumah memiliki beberapa tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat.
"Oleh karena itu pengolahan tanaman obat yang benar dan berdaya jual dapat memberikan manfaat tidak hanya dari aspek kesehatan namun juga perekonomian Desa Bengkaung," ungkapnya.
Selama mengikuti Pengmas Fakultas Farmasi Unair, peserta mendapatkan dua materi. Pertama terkait khasiat, manfaat, dan keamanan tanaman obat. Materi kedua terkait pembuatan simplisia tanaman obat. Kedua materi tersebut diberikan karena agar dapat memberikan khasiat, tanaman obat harus diolah dengan benar, selain itu ada aspek keamanan penggunaan yang harus diperhatikan.
Untuk itu selain memberikan materi melalui penyuluhan, tim juga telah membuat booklet dan leaflet yang berisi informasi terkait khasiat, keamanan, dan cara penggunaan toga yang benar.
Kader PKK juga praktek membuat sirop Kurkumin yang berisi kunyit, temulawak, kapulaga, asam jawa, dan kayu manis. Peserta juga belajar membuat teh daun salam, dan the JKP-Bangle yang berisi jahe, kayu manis, pegagan dan bangle.
Prof. Aty Widyawaruyanti berharap, dengan adanya kegiatan ini dengan dukungan kerjasama yang baik dengan Mitra sasaran dan pelaksanan akan menjadikan desa Bengkaung menjadi Desa percontohan “Pojok Herbal”.
"Kegiatan ini sekaligus sebagai promosi pendekatan ramah lingkungan dalam penggunaan tumbuhan obat, dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan melestarikan keanekaragaman hayati,” kata dia.
Kepala Desa Bengkaung, Faizul Bayani, M.Pd juga berperan aktif dalam kegiatan ini dan menyambut baik inisiatif tersebut.
“Program ini sejalan dengan rencana pengembangan desa dan kami berharap hasilnya dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi warga Desa Bengkaung, terutama dalam mendukung Desa Bengkaung menuju Desa maju dan mandiri,” ujarnya.
Sementara Nurul Aini, salah satu peserta mengaku sangat senang dan antusias dalam mengiktui kegiatan karena dapat belajar hal-hal baru, dan juga berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan.
Adapun dana pengabdian kepada masyarakat ini diperoleh dari Universitas Airlangga melalui skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2024.
Program ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) No. 3 yaitu kehidupan sehat dan Sejahtera serta SGDs 8, dengan fokus "Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi”.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan berpotensi untuk:
1. Pencegahan dan pengobatan penyakit. Penggunaan tanaman obat keluarga yang baik dan benar dapat membantu untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
2. Mendukung Gerakan hidup sehat. Rutinitas mengkonsumsi toga, dalam bentuk sederhana misalnya dalam bentuk teh herbal dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
3. Peningkatan Pendapatan. Pengolahan tanaman obat keluarga (Toga) menjadi berbagai produk misalnya sirop, teh herbal, simplisa membuka peluang baru bagi petani dan pengusaha lokal untuk meningkatkan pendapatan.
4. Penciptaan Lapangan Kerja. Pengolahan dan pemasaran produk olahan toga menciptakan lapangan kerja baru di komunitas, mengurangi pengangguran, dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
5. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil. Pelatihan dalam pembuatan produk olahan toga memungkinkan masyarakat untuk memulai usaha mikro atau kecil, memperkuat ekonomi lokal dan mendukung kewirausahaan.
6. Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Komunitas. Produk olahan toga meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat, membantu mencapai kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan mandiri.
Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat Desa Bengkaung tidak hanya mengetahui khasiat dan keamanan penggunaan toga, namun juga memperoleh keterampilan praktis dalam mengolah toga menjadi berbagai produk kesehatan yang berdaya jual
Editor : Alim Kusuma