Profesor Soetanto Soepiadhy (IN/PHOTO: TUDJI)

SURABAYA, INFONews.ID - Seringkali kita menemui pemuda dan/atau mahasiswa memiliki semangat yang tinggi, untuk berjuang demi kebenaran, keadilan, dan kejujuran.

Dalam merealisasikan apa yang diperjuangkan itu, mereka berani melakukan berbagai bentuk kegiatan dengan risiko yang tidak ringan. Pemuda dan/atau mahasiswa seperti ini disebut telah memiliki idealisme yang tinggi.

"Apakah idealisme yang tinggi itu, selalu bertahan pada diri seseorang? Seharusnya demikian, karena idealisme tidak boleh hilang dari diri seseorang hingga kapanpun. Tanpa idealisme, maka seseorang akan kehilangan segala-galanya. Mereka disebut sebagai orang yang "pragmatis", apa yang dilakukan hanya untuk kepentingan hari ini dan untuk dirinya sendiri," urai Profesor Soetanto.

Orang-orang yang terperangkap pada kegiatan menyimpang, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, selalu mengambil jalan menerabas dan sejenisnya, adalah disebut sebagai orang pragmatis. Apa yang dilakukan, bukan lagi bersifat menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan, tetapi justru bertolak belakang dari cita-cita mulia. Orang yang terjebak pada sifat pragmatis hanya mengejar sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hari ini, berjangkauan rendah dan terbatas.

Mereka berubah dari "idealis" menjadi "pragmatis". Sekaligus pada usia mudanya, mereka membenci perilaku tidak jujur, koruptif, manipulatif, dan seterusnya, tetapi dengan bertambahnya umur, pengaruh lingkungan, dan tuntutan kehidupan sehari-hari, ternyata idealismenya menjadi hilang. Orang yang telah kehilangan idealisme, sebenarnya tidak layak menjadi pemimpin.(*)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru