Peluncuran Surat Cinta di Lemari Tua yang didukung penuh Smartfren tersebut berlangsung meriah. INPhoto/Pool

INFONews.id I Surabaya – Begitu banyak cinta berkobar di Oktober yang panas ini. Cinta yang membangkitkan rindu pada ayah. Cinta yang meniupkan kagum pada wayang dan kearifan lokal. Juga, cinta yang seketika memantik semangat untuk mengulang pengalaman-pengalaman traveling.

Tahun lalu, selama sebulan penuh, mereka yang tergabung dalam komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima) menepati komitmen untuk menulis jurnal. Tulisan tentang kisah sehari-hari bertema ayah, wayang, kearifan lokal, dan traveling itu kemudian diunggah di media sosial (medsos) masing-masing. Esai singkat itu juga diunggah di medsos Perlima.

Dalam aktivitas menulis, konsistensi menjadi kunci. Sebab, menaklukkan tantangan untuk menuliskan satu esai setiap harinya bukanlah hal mudah. Pada akhirnya, sebanyak 15 penulis berhasil membuktikan komitmen mereka.

Rangkaian esai yang menjadi bukti keberhasilan mereka menaklukkan keengganan dan beragam alasan lainnya lantas menjelma menjadi Jurnal Oktober.

Oleh Perlima, jurnal pribadi yang isinya adalah luapan cinta itu dijadikan cikal bakal buku kumpulan esai terbaru. Setelah melewati rangkaian proses yang panjang, Surat Cinta di Lemari Tua akhirnya menyapa para pembacanya hari ini.

“Selamat kepada semua penulis yang hari ini secara resmi melahirkan kembali anak rohani dari kerja berbulan-bulan yang penuh dinamika,” ucap Tjahjani Retno Wilis, ketua Perlima.

Buku bergambar lemari tua dengan sampul warna salem itu diluncurkan di Institut Français Indonesia (IFI), Surabaya.

Direktur IFI Surabaya Sandra Vivier menyambut baik peluncuran buku kumpulan esai ke-3 Perlima.

“Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk mendukung penulis perempuan Indonesia. Perlima membuka peluang bagi setiap perempuan untuk menulis, menyebarluaskan karya mereka, dan menjadi writerpreneur,” ungkapnya.

Misi Perlima, lanjut Sandra, sama dengan IFI. Yakni, mendengarkan para pencipta serta menghargai segala bentuk inovasi serta keragaman ekspresi.

Peluncuran Surat Cinta di Lemari Tua yang didukung penuh Smartfren tersebut berlangsung meriah.

“Oktober adalah Bulan Bahasa dan Sastra. Dan tepat hari ini, kita juga memperingati Sumpah Pemuda. Harapan kami, dengan semangat dan jiwa muda, kita dapat terus merawat literasi budaya sebagai warisan luhur bangsa. 100 persen untuk Indonesia,” papar Head of Comdev & PR Smartfren Dani Akhyar.

Pementasan Ludruk Luntas yang dipandhegani Erland Setiawan alias Robets Bayoned membawa angin segar di tengah panasnya udara Surabaya pada Sabtu siang itu.

Guyonan dan interaksi Ludruk Luntas dengan tamu-tamu undangan yang hadir sukses menyejukkan ruangan.
Ternyata, ludruk masih sangat dekat dengan masyarakat Surabaya di tengah gempuran budaya asing yang dengan mudahnya merasuki generasi muda lewat internet.

Menambah semarak suasana, para tamu undangan dan panitia serta anggota Perlima yang siang itu sepakat membalut diri mereka dengan wastra nusantara, bergaya bak peragawati. Parade Busana Wastra Nusantara itu menjadi bagian dari empat tema Surat Cinta di Lemari Tua, khususnya terkait kearifan lokal.

Tak hanya menambah anggun perempuan-perempuan yang memakainya, aneka wastra nusantara yang dipadukan dengan atasan dan aksesoris sesuai gaya masing-masing pemakainya itu juga menjadi bukti cantiknya warisan budaya Indonesia.

Perempuan layak bangga dan berbahagia. Perempuan juga berhak menjadi berdaya di berbagai bidang kehidupan dan berkontribusi aktif dalam pembangunan yang inklusif.

Perlu diketahui, Perlima merupakan komunitas yang pendiri, pengurus, dan seluruh anggotanya adalah perempuan ini terbentuk pada 30 Maret 2021. Sesuai prinsip dasarnya, Perempuan Penulis Padma (Perlima) bertujuan untuk mencerdaskan perempuan Indonesia melalui literasi.

Kelas menulis dengan beragam tema, bedah buku, dan berbagi ilmu menjadi agenda rutin Perlima. Lebih dari 100 anggotanya tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Editor : Alim Kusuma

Berita Terbaru