Dr. Lia Istifhama, M.E.I., Penulis.

Selama bulan Ramadhan, tentunya kita ingin sekali menjaga puasa kita namun tetap produktif dalam bekerja ataupun berkarya. Dan tentunya lagi, tetap bisa menjaga diri dan ‘isi dompet’ jelang lebaran.

Nah, simak tips berikut, terutama untuk emak-emak hebat yang tetap bekerja di tengah menjalankan ibadah puasa. Hal pertama dan paling utama adalah ‘Planning Preparation’. Dalam hal ini, sebelum lebaran tiba, kita sudah menyiapkan ‘segudang’ rencana untuk menyambutnya.

Sebagai contoh, kita jalani ibadah dengan bahagia, tenang dan menyambut hari kemenangan dengan penuh suka cita. Nah, maka yang dibutuhkan saat ini tips untuk menjaga puasa yang sekaligus menjaga produktifitas kita.

Dengan tetap produktif, kita pun mendapat banyak bonus, diantaranya: urusan pekerjaan selesai dengan baik selama berpuasa, kita dapat berinovasi memiliki karya, dan kita tetap menjaga kebersamaan bersama keluarga tercinta, terutama saat sahur, buka, tarawih, hingga tadarus.

Bonus lainnya adalah produktivitas kerja tetap berjalan normal sehingga menyambut lebaran dengan ekstra suka cita.

Tips ini kemudian saya rangkum sebagai satu kata: “BUGAR”, yaitu Brainstorming, Unity in Financial, Goals, Arrange a time, dan Reflection self. Brainstorming. Dalam hal ini, mari kita bangun pikiran bahwa kita bahagia saat puasa.

Kita jaga hati kita, bahwa puasa adalah bahagia, bukan beban. Dikutip dari Kitab Durratun Nasihin, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barangsiapa merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya terhadap neraka.”

Untuk para emak-emak hebat, jika kita bisa menjaga rasa bahagia kita, maka kita pun mendapatkan moodbooster sehingga tenang menjalani aktivitas. Unity in Financial, yaitu menyatukan sumber-sumber keuangan agar kegiatan tetap berjalan lancar dan produktif.

Dalam hal ini, kita harus mengatur pola sekaligus strategi berkonsumsi agar keuangan berjalan stabil, terutama dalam menyambut lebaran. Tentu, kita tidak boleh mudah tergoda berkonsumsi barang atau jasa yang sejatinya tidak harus dipenuhi saat Ramadhan.

Mari kita buat skala prioritas konsumsi sesuai rasionalitas atau prinsip preferensi konsumsi. Mana yang menjadi pilihan utama, yaitu berkaitan dengan ibadah, adalah prioritas pertama dan menjadi ‘needs’ atau kebutuhan. Jika kita mampu beribadah dengan baik, maka Insya Allah kehidupan akhirat kita pun baik.

Skala berikutnya adalah kita klasifikasikan mana konsumsi yang harus dipenuhi masa kini dan mana yang diperlukan untuk masa mendatang. Berikutnya adalah pilihan ketiga yang sifatnya memperbaiki kehidupan, dan yang terakhir adalah kebutuhan pengganti. Kebutuhan pengganti disini adalah ‘wants’ atau keinginan.

Sebagai contoh, semula seseorang terbiasa makan nasi putih dengan beras lokal, dan kemudian beralih pada beras impor dengan harga lebih tinggi karena dianggap lebih berkualitas. Preferensi atau pilihan berkonsumsi juga bisa diklasifikan sebagai kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Primer adalah terkait kebutuhan dalam menjaga survival strategy atau ketahanan kita selama di dunia, yaitu daruriyyat (primer) seperti sandang pangan papan. Berikutnya adalah hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyyat (tersier).

Tentu, tidak ada yang salah jika kita memiliki uang lebih, kemudian kita berkonsumsi barang atau jasa yang sifatnya mendukung life style kita di tengah masyarakat.

Namun yang paling utama, jangan sampai terjadi israf, yaitu konsumsi secara berkelebihan, yang bahkan mengabaikan kebutuhan primer hanya karena mengutamakan memenuhi kebutuhan tersier (kemewahan).

Sebagai contoh, menunda bayar hutang agar terlihat mapan di lingkungan sosial, maupun menyewa barang yang menunjukkan strata sosial tinggi namun mengabaikan investasi yang bisa diwarisi untuk anak cucu. Goals.

Kita harus memahami apa yang menjadi goal atau tujuan kita berpuasa. Dalam kitab Zahratur Riyadh, diterangkan sebuah hadis:

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas maka diampuni dosanya yang telah lalu.”

Namun tentunya, kita pun tidak hanya berkeinginan menjaga agar ibadah lancar, melainkan juga tetap berkarya dan bekerja secara produktif. Untuk tetap produktif, kita bangun tujuan harian atau resolusi per hari.

Sebagai contoh: kita mengisi waktu kita mengikuti tadarrus online one day one juz, rutin membuat artikel Ramadhan setiap hari, atau membaca kitab hadis setiap malam sebelum beristirahat.

Arrange a time. Kita perlu mengatur waktu dalam keseharian atau daily activities. Sebagai contoh, kita bisa membuat skema rutinitas mulai dari sahur. Bahwa setelah sahur, kita sikat gigi, cuci muka sekaligus wudlu sebagai permulaan hari yang fresh. Kemudian sediakan waktu untuk istirahat setelah sholat Subuh, meski hanya satu jam sebelum bekerja (bagi emak-emak hebat yang bekerja di kantor) atau sebelum prosesi persiapan anak berangkat sekolah.

Setelahnya, saat jam kantor, maka lakukan segala aktivitas untuk membangun moodbooster. Sebagai contoh, setiap lelah atau bosan, bisa mengambil air wudlu yang sekaligus rutinitas cuci muka dan berkumur. Tentu, aktivitas menjaga kesegaran adalah hal penting untuk menjalani siang hari yang panas saat berpuasa.

Mengatur waktu juga berkaitan dengan efektif efisien. Semisal, jika di luar bulan puasa, kita mengalami situasi jam makan siang bersama rekan kerja yang secara auto menjadi acara ghibah berjamaah, maka ini kesempatan untuk mengisi jam istirahat dengan benar-benar beristirahat ataupun fokus menyelesaikan pekerjaan agar pulang tepat waktu dan berbuka bersama keluarga.

Manajemen waktu yang baik tentunya membuka peluang membangun kebersamaan dengan keluarga, sebagai contoh buka puasa, sholat tarawih, dan tadarus bersama. Dan sebelum menutup malam, penting untuk menambah asupan gizi dengan makan yang memiliki kandungan protein cukup.

Bagi emak-emak yang berusia 30 tahun ke atas, disarankan mengonsumsi sereal yang sehat dan mengandung energi tinggi. Dalam mengatur waktu, jika seorang ibu tidak memiliki Tanggung jawab pada jam kantor atau bekerja di rumah, maka akan sangat penting jika memaksimalkan malam hari dengan berkarya, seperti rutin menuilis artikel, maupun membuat inovasi gagasan karena malam Ramadhan memiliki ‘keistimewaan’ dibandingkan malam di bulan lainnya.

Dengan begitu, istirahat bisa dilakukan pada siang hari saat berpuasa. Reflection self. Mari kita bangun Refleksi diri bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan, kebersamaan. Mari kita hindari memiliki masalah dengan siapapun. Kalaupun ada yang membuat masalah, maka mari kita abaikan karena berpuasa membutuhkan pikiran yang tenang dan santai.

Begitupun dengan aktivitas memasak, maka bisa diutamakan sajian makanan yang simple namun tetap sehat dan lezat. Dan untuk emak-emak hebat yang sedang mengikuti diet, maka diet tersebut jangan sampai menganggu stamina menjalani puasa.

Dengan semua cara tersebut, semoga kita tetap mampu menjaga pikiran sehat dan bahagia agar tetap lancar berpuasa. Mari jalani puasa dengan ikhlas tanpa beban dan kita sambut Hari Raya dengan bahagia. (*)

Editor : Redaksi

Berita Terbaru