Ilustrasi (Foto:IN/Tangkapan Layar)

INFOnews.id I Surabaya - Setelah Australia memberi sinyal pembatalan pesanan kapal selam Perancis senilai US$40 miliar, Negeri Mode tersebut, kini dikabarkan mulai tertarik menjalin kerjasama dengan India.

Presiden Perancis Emmanuel Macron telah membahas kerja sama di kawasan Indo-Pasifik dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Dalam percakapan melalui sambungan telepon, mereka mendiskusikan terkait berbagai masalah seperti krisis di Afghanistan, kemudian akan bertindak bersama di wilayah Indo-Pasifik yang terbuka dan inklusif.

Perancis sebelumnya menuding Australia telah berkhianat atas pembatalan kesepakatan pembuatan kapal selam besar antara kedua negara.

Australia diketahui berkongsi dengan USA beserta Inggris dalam alinasi AUKUS.

Terjalinnya AUKUS membuat Perancis tambah berang, buntutnya mereka telah memanggil duta besarnya untuk Washington dan Canberra sebagai bentuk protes.

Perancis telah menunda pula pertemuan antara menteri angkatan bersenjatanya Florence Parly dengan menteri pertahanan Inggris, Ben Wallace, yang direncanakan minggu ini.

Selain itu, Perancis minta dukungan Uni Eropa (UE) untuk menunda rencana kesepakatan perdagangan UE-Australia.

Permintaan ini, sebagai bentuk hukuman bagi Australia yang membatalkan kontrak untuk 12 kapal selam buatan Prancis.

Mendengar pengaduan itu, Uni Eropa juga menyamapaikan rasa kekecewaannya. Sebab, mereka tak dilibatkan dalam kerja sama ini. "Kami kecewa tidak diberi tahu, tidak menjadi bagian dari pembicaraan ini," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Tekan China - Rusia.

Melalui perjanjian AUKUS, Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.

Pembangunan kapal, nantinya bakal disokong teknologi dari AS dan Inggris.

AUKUS dampaknya akan mengarah kepada China dan Rusia. Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menyebut AUKUS akan memberikan tekanan baru kepada kedua negara tersebut.

Mengingat latar belakang permusuhan China dan Rusia terhadap komunitas internasional. Bagi dia, ini merupakan pesan yang jelas, bahwa tiga negara dalam aliansi AUKUS siap mengambil langkah besar guna menghadapi tanggapan.

“Satu hal yang tidak dilakukan China dengan baik adalah memiliki sekutu. Hal yang sama dengan Rusia."

"Mereka tidak suka negara lain mengembangkan aliansi yang mungkin membatasi mereka dalam keputusan yang mereka buat."

“Dan kami akan membantu menyediakan kapal selam bertenaga nuklir kepada Australia."

China rupanya mulai ketar - ketir, melalui juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian melontarkan kritik terbentuknya aliansi itu.

Tiongkok menilai sebagai taktik sangat kuno. Dikatakan, aliansi itu berisiko sangat merusak perdamaian regional dan mengintensifkan perlombaan senjata, juga sebagai ancaman yang sangat tidak bertanggung jawab.

Tagih Australia.

Setelah Australia membatalkan kontrak pembelian kapal selam Perancis. Naval Group, perusahaan pembuat kapal itu, akan mengirimkan tagihan mendetail ke Australia dalam beberapa pekan ke depan.

Penegasan ini, dilontarkan CEO Naval Group Pierre Eric Pommellet, kepada surat kabar Prancis Le Figaro, "Australia memutus kontrak secara sepihak yang berarti itu bukan kesalahan kami," ujar Pommellet.

"Hal semacam ini sudah tercantum dalam kontrak dan ada yang harus dibayarkan untuk menutup pengeluaran kami dan pengeluaran yang akan datang terkait demobilisasi nfrastruktur dan IT serta penempatan ulang karyawan. Kami akan menuntut hak kami," lanjutnya.

Selama ini, Naval Group dikabarkan telah menyelesaikan pembuatan kapal selam senilai 900 juta euro.

Naval Group tidak mengalami kerugian. Pasalnya kerja mereka ditutup oleh biaya yang dibayarkan Australia.

Menurut Kementerian Pertahanan Prancis Naval Group telah mulai membahas kompensasi finansial dengan Canberra.

Ardern Hubungi PM Austria

Terkait kemitraan baru Australia dengan AS-Inggris. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern melarang kapal selam bertenaga nuklir Australia masuk dalam perairan negaranya.

Ia menyatakan hal itu melalui via telepon dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Kendati begitu, pelarangan ini tidak akan mengubah kerja sama Selandia Baru dan ketiga negara dalam Five Eyes.

"Tentu saja mereka tidak bisa masuk ke perairan internal kami. Tidak ada kapal yang sebagian atau seluruhnya didukung oleh energi nuklir dapat memasuki perbatasan kami kita," kata Ardern

"Ini bukan peningkatan perjanjian. Ini tidak mengubah hubungan kami sebelumnya, termasuk Five Eyes atau kemitraan dekat kami dengan Australia dalam masalah pertahanan," tutur Ardern.

Five Eyes merupakan kelompok intelijen pasca-perang dinginyang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru. (bis/MI/grid/cnn)

Editor : Rony

Berita Terbaru