Yus Santos. INPhoto/Pool

INFONews.id I Surabaya - Permasalahan belajar pada anak selalu mendapat perhatian para pendidik, konselor dan therapist. Masalah belajar adalah kondisi tertentu yang menghambat kelancaran proses belajar.

Deretan permasalahan itu diantaranya motivasi belajar rendah, sulit konsentrasi, rasa percaya diri rendah, merasa bodoh, malas malasan, banyak main game, cepat bosan, sulit fokus dll.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua dan guru ?  

Peran Orang Tua/guru Sebagai Scaffolding

Peran orang tua sebagai pendamping belajar anak ibaratnya sebagai scaffolding (seperti pekerja bangunan untuk membangun tembok tinggi pada gedung maka butuh tangga bantuan/scaffolding).

Metode scaffolding berdasarkan pada teori Vygotsky (Schunk, 2012). Scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari seorang guru, orang tua atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.

Scaffolding juga  berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah-langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sehinggga memungkinkan siswa tumbuh mandiri.

Vygotsky yakin bahwa dengan scaffolding maka fungsi mental dan pikiran yang lebih tinggi pada saatnya akan muncul ibarat tangga bantuan untuk menggarap bangunan dengan tangga ini pekerja bangunan mampu menjangkau tempat tempat tinggi dan sulit.  

Circle of Excellence sebagai Scaffolding

Seiring dengan kemajuan jaman metode scaffolding juga selayaknya harus terus dikembangkan. Kebanyakan orang tua atau guru berperan sebagai scaffolding sesuai dengan mereka diperlakukan oleh orang tuanya saat mereka kecil. Padahal kita tidak bisa mendidik anak anak memakai metode saat ortu dididik saat kecil. Didiklah anak sesuai jamannya.

Banyak orang tua atau guru guru mengeluh anak sekarang tidak bisa dinasihati (gak iso dikandani, bahasa jawa) seringkali nasihat hanya berupa untaian nasihat, contoh menasihati anak, misalnya rajinlah belajar jangan malas malas ?

Lha apakah nasihat saja bisa menjadikan malas berubah rajin ?

Bukankah malas atau rajin itu kondisi pikiran ? Bagaimana caranya mengkondisikan pikiran atau memprogram pikiran supaya dari malas menjadi rajin ?

Berita baiknya ada dua ilmuan besar yaitu Dr Richard Bandler dan Dr John Grinder.di tahun 1973-1976 Mereka menemukan suatu cara memprogram pikiran yaitu Neuro-Linguistic Programming (NLP). Penggunaan NLP diberbagai bidang mulai dari pengembangan diri, olahraga, bisnis, terapi psikologis dan tentu saja pendidikan. Di dalam pendidikan dengan teknik teknik NLP ada ratusan teknik cara dan memprogram untuk mendapatkan ekselensinya.

Banyak anak anak dari biasa biasa saja bahkan penuh permasalahan menjadi sangat berprestasi melalui NLP. Diantara sekian teknik NLP untuk memecahkan masalah belajar teknik Circle Excellence  adalah teknik yang mudah diterapkan .

Teknik Circle Excellence hanya perlu waktu 30 detik sampai 3 menit untuk menghapus program yang kurang efektif jadi lebih melesat, contoh anak yang kurang percaya diri untuk tampil presentasi alias dag dig dug dan keringat dingin anda demam panggung.

Melalui teknik ini, bisa berubah seketika anak anda atau mungkin anda bisa mengatasi ketakutan untuk tampil bahkan Anda bisa tampil percaya diri dengan optimal.

Dengan Circle Excellence dimana anak anda kurang termotivasi atau malas malasan belajar akan berubah menjadi termotivasi dan rajin belajar. Dalam waktu sangat singkat perubahan bisa dilakukan .  

Cara Kerjanya

Di pikiran kita ada suatu program, diantaranya program conditioning dalam benak kita sebagaimana teori belajar behavioristic yang menekankan akan adanya stimulus menimbulkan respon. Stimulus tertentu di pikiran akan menimbulkan respon secara pikiran, emosi dan ragawi.

Circle of Excellence merupakan teknik manifestasi dari anchor untuk mendapatkan state dari berbagai sumberdaya yang dimiliki manusia baik dari dirinya sendiri atau orang lain untuk mendapatkan outcome tertentu.

Misalnya anda mendapati anak anda selalu ogah ogahan belajar matematika, atau takut ketika diminta tampil di depan umum atau seringkali sudah belajar namun ketika maju untuk ujian selalu grogi tegang seolah semua yang dipelajari hilang dari kepalanya anehnya sekeluar dari ujian malah bisa lagi menjawab pertanyaannya.

Dengan melakukan circle excellence maka seseorang akan mendapatkan penampilan prima baik secara mental atau pikiran secara emosi dan secara fisik. Karena statenya berada pada kondisi puncak sesaat setelah mengakses sumber daya yang sesuai outcomenya, dan state puncak ini bisa dipakai untuk melakukan sesuatu seperti belajar matematika sehingga belajar matematika bagi anak menjadi sangat mengalir dan mudah. Otaknya dalam hitungan detik menjadi setajam silet, logikanya menjadi runtut .

Dari metode NLP dijelaskan bahwa ketika seseorang melakukan teknik Circle of excellence ternyata dalam oraknya atau sambungan antar neuron (sel otak) orang tersebut mengakses jalur ekselens jika sudah ada jalur ekselensinya dan jika belum ada maka penggunaan circle of excellence akan membantu penyambungan system syaraf untuk membentu jalur baru yaitu jalur ekselensi. 

Kenapa anak malas malasan dan tidak termotivasi , menurut NLP karena anak mengakses jalur program pikiran yang dinamakan malas malasan atau tak termotivasi jika kita mengakses jalur lain misalnya jalur termotivasi dan rajin maka anak akan termotivvasi. Circle of Excellence adalah metode dalam NLP untuk mengakses jalur ekselensi.

Sintaks Circle Ekselence

Sintak adalah urut urutan dalam melakukan proses Circle of Excellence., Dengan tahu dan paham urut urutannya maka para orang tua bisa mempraktekannya.

Langkah langkahnya 1. Tentukan Outcome. Misalnya mau rajin belajar dan jadi anak Pandai ? tentu anak menjawab mau ini caranya Minta anak membayangkan dan rasakan sumber daya apa saja yang diperlukan untuk jadi rajin belajar dan pandai.

Sumberdaya itu berupa pengalaan masa lalu saat  sikap pede, sikap daya pikir tajam, logika yang bagus, konsentrasi tinggi dalam belajar, hafal dan pengertian tinggi dalam belajar, kecepatan dan mengerti dalam membaca buku.  

  1. Minta anak mencari pengalaman yang pernah dialami. Tanyakan ke anak, tentu kamu pernah mengalami suatu keadaan di waktu lalu ketika kamu mengerjakan tes atau ulangan dengan mudah lancar dan nilaimu dapat bagus.Jika anak jawabannya punya maka minta anak membayangkan masuk kembali ke pengalaman dimana kamu belajar menjadi sangat mudah sangat lancar.

Jika memang tidak punya pengalaman pada dirinya cari satu model (orang lain/atau temannya) sebagai model yang memiliki ekselensi yang sama yaitu rajin belajar dan pintar. Tanyakan Apakah Anak anda sudah bisa memunculkan sosok temanmu atau tokoh yang kamu idealkan itu ? jika belum bantu dia menemukan sosok tersebut.

  1. Buat lingkaran imajiner dan ciptakan gambaran mental bahwa di dalam lingkaran tersebut segala sumber daya yang diperlukan telah ada. Dalam lingkaran itu minta dia membayangkan dan merasakan dirinya yang penuh ekselensi . Jika anak tidak punya pengalaman ekselensi pada dirinya, minta anak menghadirkan sosok dari model lain minta hadirkan bayangan di lingkaran tersebut.
  2. Buat imajinasi sampai gambaran mentalnya sangat jelas. Gali hingga muncul suaranya, ada gambarnya, ada emosinya ada perasaannya. Minta anak menguatkan sosok yang ada dalam lingkaran tersebut (amplify/besar kecilkan).
  3. Minta anak melangkah masuk ke dalam lingkaran dan biarkan seluruh sensori inderawi (bayangan gambar, suara, fisik) menangkap sumber daya yang diperlukan. Ikuti gerakan jika memang ada. Minta anak menguatkan semua sensasi dia rasakan secara associate, anak masuk dalam tubuh sosok dalam lingkaran imaginer itu.
  4. Selama dalam lingkaran minta anak memperkuat sensasinya (Amplify) bisa meminta anak, kuatkan dua kali lipat, empat kali lipat dst dan menjelang puncak sensasi buat Anchor.Anchor adalah tanda tertentu sebagai stimulus dimana pikiran akan merespon berupa kondisi ekselensi.
  5. Lakukan breaking state, misalnya dengan menyanyi atau geleng geleng kepala atau loncat loncat. Lakukan beberapa kali di awal dan ketika anak sudah terkondsikan maka melakukan circle of excellence hanya butuh 30 detik sampai 3 menit.
  6. Cek dengan cara Picu Anchor apakah keadaan puncak bisa terakses jika belum lakukan dan ulangi lagi dan Lakukan Future Pacing atau minta anak membayangkan di masa akan datang ketika mau belajar sambil picu anchor anak apakah dia mendapatkan sesasasi penuh sumberdaya dan pada keadaan puncak jika jawaban nya iya berarti circle excellence sudah berhasil jika belum berhasil anda bisa mengulangi langkah langkahnya mulai dari langkah 1 sampai 8.

Itulah circle excellence dan dengan circle of excellence anda bisa melatihnya untuk diri anda dan anak anak anda. Seolah main main lingkaran namun program pikiran untuk eksselensi berjalan.

Circle of Excellence merupakan salah satu teknik di NLP yang bisa menjadi bekal bagi orang tua untuk melakukan scaffolding . Selamat melakukan !

Penulis :
Yus Santos
Mahasiswa Doktoral Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya I Konsultan Pendidikan dan Certified Trainer NLP I Penulis 5 Buku tentang NLP.

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru