Haru Biru Bencana Semeru, Syukuri Huntap Sambut Peluang Baru
LUMAJANG, iNFONews.ID - Senyum merekah, guyonan renyah menyeruak dikerumunan, sejumlah wartawan mengerubung lima lelaki duduk di sudut kanan belakang Balai Pertemuan Hunian Tetap (Huntap) Penyintas Erupsi Gunung Semeru, di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Kala itu, 51 pekerja media dari Pokja Grahadi (Wartawan yang ngepos di Pemprov Jatim), usai mengikuti paparan saat tiba di lokasi Huntap, pembuka diawali Zainal Muttaqin, Kepala Bagian Materi dan Komunikasi Pimpinan di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Zainal, menyampaikan kedatangan rombongan media, tujuannya menggali informasi untuk bahan penulisan berita dan dilombakan.
Dilanjutkan Kepala Desa setempat Yayuk Sri Rahayu, ia mengisahkan kembali peristiwa Semeru dan penanganannya, termasuk soal warga pengungsi. Selanjutnya, wartawan menyebar di areal Huntap, menemui penghuni, ngobrol dan tanya banyak hal. Mereka, jurnalis itu tengah mengikuti kunjungan lokasi dalam rangka Lomba Karya Jurnalistik (LKJ) Tahun 2024, Menyambut HUT Provinsi Jawa Timur ke 79, pada Selasa (17/9/2024), lalu.
Sejauh mata memandang hijau dedaunan melambai bak menyapa ingin kenal. Sejuk segar tersuguh di hamparan eks perkebunan milik Perhutani, yang berderet rapi rumah-rumah Huntap. Terletak di dataran tinggi kaki Gunung Semeru (600-800 mdpl), berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang eksotik. Di areal ini, asah rasa tumbuh menyatu layaknya pendatang baru membasuh pelu dan luka untuk sembuh agar gundah terobati, selanjutnya menapaki hidup baru, berharap masa depan lebih baik.
Berbekal kesamaan tekad, pemerintah dan masyarakat seiring menata, jalani hal baru songsong perubahan. Alam aman, masyarakat tenang hidup di permukiman sejuk dan nyaman harus dijaga bergandengan.
"Saya ingat kata Mbah Rono - (Surono ahli geofisika Indonesia, mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM)-. Bencana itu jangan dilawan, kita (manusia) itu harus mengalah, nurut dengan alam," ujar Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Dadang Iqwandy saat pembekalan peserta LKJ 2024, di Lantai 7 Kantor Pemerintah Provinsi Jatim, sehari sebelum menuju lokasi.
Kalimat Dadang bisa disimpulkan manusia tidak boleh melawan alam, harus bermukim di tempat aman. Dadang juga menyitir keberadaan Gunung Semeru bak kondrat suratan alam, Semeru bagai paku raksasa berfungsi penyeimbang kokohnya Pulau Jawa.
"Dari legenda yang saya baca, Gunung Semeru bak paku raksasa, penyeimbang Pulau Jawa," ucapnya di depan wartawan.
Dadang juga mengulas karakteristik Gunung Semeru, melalui tayangan slide video juga ditampilkan perjalanan dari waktu ke waktu terkait letusan Gunung Semeru.
Selain Dadang dari BPBD Jatim, lainnya turut memberikan materi pembekalan LKJ 2024, Hanif Ikhsanudin, Ketua Tim Kerja Penenangan Bencana Alam Koordinator Forum Komunikasi TAGANA Jatim. Ia mengisahkan ekstra keras berlandas kemanusiaan, bersama tim tak henti oleh detak jarum jam dan putaran waktu, tugas menyediakan kebutuhan dasar pengungsi tak boleh henti.
Menentukan lokasi, mendirikan tenda untuk dapur umum dan mengatur distribusi makanan ke pengungsi, adalah tugas mulia bagian dari penyelamatan dan evakuasi. Bagi timnya, tersedianya kebutuhan pokok, tak hanya makanan, kebutuhan lain termasuk MCK (mandi, cuci dan kakus) juga Bilik Asmara menjadi prioritas. Dengan semangat dan riang terus dijalani berseiring dengan deru laju mobil dan raung sirine jadi detak nadi heroik insan penyelamat, penyaji kebutuhan pengungsi.
"Kami dan tim, tak kenal waktu di lokasi bencana mendirikan tenda, memasak dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi," urainya.
Sementara, Emil Wahyudianto, Fungsional Madya Teknik Jalan Dan Jembatan Dinas PU Bina Marga Jatim juga tak kalah penting peran timnya yang dihadirkan Pemprov Jatim. Tugasnya, membangun jembatan yang putus agar bisa menormalisasi jalur perhubungan antar wilayah satu dan lainnya.
"Ini jenis jembatan BEL, menggantikan jembatan lama yang hanyut dengan kuat dan derasnya erupsi Semeru, saat peristiwa bencana. Jembatan pengganti ini dibangun lebih kurang memakan waktu dua bulan," urai Emil.
Kemudian, Wempi Roberto Goa, Pustakawan Ahli Muda dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim. Wempi menuturkan dinas tempatnya bekerja, sesuai tupoksi mencatat dan membukukan semua rangkaian peristiwa Erupsi Gunung Semeru. Itu, menjadi dokumentasi yang sangat penting, tak hanya untuk Pemprov Jatim, tapi untuk semua pihak.
"Fungsi pencatatan dan pengarsipan menjadi bagian kami (Dinas Perpustakaan), termasuk rangkaian musibah, pasca dan penanganan bencana Erupsi Gunung Semeru," urai Wempi, yang menyebut juga turut menyediakan sarana prasana lain, penunjang kebutuhan pengungsi, termasuk untuk kebutuhan trauma healing.
Kembali ke obrolan bersama ke lima warga. Mereka, sebagian kecil dari sekian banyak penghuni Huntap Semeru berharap dapat peluang berwirausaha dan jadi mata pencaharian. Dan, bisa dilakukan tak jauh dari rumah hunian tetap dengan status SK Bupati Lumajang tersebut.
"Jadi kita tidak jauh-jauh, misal untuk ke tambang pasir atau ke lokasi yang lama tempat kerja, itu jalannya 15 menit, jaraknya 15 kilo meter. Lha sementara, kalau bisa buka usaha di sekitar sini kan enak, tidak jauh. Tapi, kita belum menemukan lahan itu," ujar Syaiful Bahri, mengawali kisah dan dibenarkan tiga rekannya sesama pemukim Huntap.
Di kerumunan, juga ada Syaiful Bahri (47) warga RT 01 RW 05, Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Wuluh. Bapak dari dua anak itu resmi jadi penghuni Blok C 17 No 13. Ia menuturkan, saat terjadi musibah bersama istri dan anaknya mengungsi ke rumah mertuanya, di Desa Penanggal. Warga lainnya tersebar menempati lokasi pengungsian dan tenda-tenda yang disediakan pemerintah.
Samsul Arifin, sebelum bencana melanda dan lautan pasir menimbun desanya, dia dan keluarga tinggal di Dusun Supit Urang, Curah Kobokan, kini jadi penghuni Blok C 6 No 12. Dan, Agus Rochman warga Sumber Wuluh, kini menempati rumah Huntap di Blok C 17 No 15. Menjelang Idul Fitri 2022, mereka resmi menempati rumah berukuran 10 meter x 15 meter, disebut Huntap.
"Kami senang pemerintah membangun huntap ini menjadi hunian kami dan keluarga warga korban erupsi Gunung Semeru. Tapi, kami masih punya pikiran, ya itu tadi, keinginan membuka usaha belum terwujud.
Rasa gembira tak bisa ditutupi, menempati hunian baru yang mulai dikerjakan awal Januari 2022, dengan anggaran sebesar Rp 350,55 miliar oleh kontraktor PT Brantas Abipraya dan PT Hutama Karya.
Data yang ada pemerintah telah membangun 1.951 unit huntap untuk masyarakat tujuh desa terdampak erupsi Gunung Semeru. Selain itu, juga dibangun 878 unit hunian sementara (huntara) oleh 81 NGO.
"Huntap ini berada di ketinggian, udaranya lebih dingin dibanding di desa kita yang dulu," sambung warga lainnya.
Mereka membandingkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, di tempat tinggal yang lama lebih mudah, dibanding saat ini sejak menempati rumah di Huntap.
"Kalau di sini, kita harus mencari peluang lagi," katanya, sambil menyebut jarak 15 menit jika ditempuh berjalan kaki menuju tempat bekerja, pencari pasir, kerja di bengkel atau merawat ayam di permukiman yang lama. Dan, untuk pemenuhan air dan membuang sampah dipungut biaya, pengelolaannya sesama warga.
Mereka berharap bisa menemukan lapangan pekerjaan baru. Namun, mereka juga belum tahu, usaha apa dan kapan impiannya terwujud.
"Katanya dulu disini akan dibuatkan untuk lapangan pekerjaan, tapi ndak tahu, kapan. Dan, soal modal usaha juga kami belum punya," ucapnya lirih.
Samsul menambahkan, ia ingin bisa berladang tak jauh dari rumah tinggal, namun belum terwujud. Dia menyebut, tanah sebenarnya ada, tetapi karena belum ada ijin, mereka tidak berani menyentuh.
"Kalau disana (tempat tinggal yang lama) saya bisa berladang, tapi setelah kena erupsi, tanah garapan ukuran 50 meter kali 50 meter hilang tertimbun (pasir). Ndak tahu, kalau disini kayaknya lahan tidak disediakan. Tanah ada, tapi kan masih digarap pengelola yang lama. Untuk membuka pracangan (toko kelontong di rumah), kendalanya ndak punya modal. Bangunan rumah pun akan jadi sempit, kalau dipakai Pracangan," ucap mereka serentak, seakan dikomando.
Mereka sepakat dan bersyukur menghuni Huntap. Namun, bisa membuka usaha untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga adalah harapannya. Ada yang ingin membuat piaraan ayam, tempat penggergajian dan pengolahan kayu untuk meubel. Ada juga yang ingin membuka bengkel servis motor. Namun, tak mungkin bisa dilakukan. Klasik persoalannya, tak punya modal mengawali usaha. Dan, Huntap Semeru hanya untuk hunian rumah istirahat, untuk usaha rasanya belum pas.
Menguatkan tekad mengulang sukses, lelaki paruh baya itu lantas menceritakan kisah di rumah lama di kampung halaman dulu. Bisa memelihara ayam termasuk jenis Bangkok yang harga jualnya menurut dia lumayan, kembali ingin dilakoni.
"Di sini di hunian baru, kita tidak bisa karena lahan yang tidak memungkinkan. Huntap ukuran 10 x 15 meter, sisa tanah belakang 2 meter, depan 2 meter, samping 2,5 meter, tidak mungkin membuat usaha peliharaan. Dan, ini rekan saya pengrajin kayu, suara akan bising kalau dipaksakan," katanya.
Selain soal modal, rumah di Huntap Semeru tidak mungkin untuk membuka servis motor, mengolah kayu atau meubel, peliharaan ayam, buka bengkel dan lainnya, karena dikuatirkan menggangu kenyamanan. Mereka berharap pemerintah dan bidang terkait segera mewujudkan.
"Disana ada TPST, pasar, stadion tempat olahraga atau lahan untuk kita bisa berladang, ada lapangan misalnya akan ada lahan parkir, dan lahan kosong yang bisa diolah warga, harapannya begitu, kita bisa berladang meskipun tidak besar," harapnya, dibarengi anggukan kepala bersama-sama.
*Makan Malam dan Dialog di Pendopo Kabupaten Lumajang
Malam harinya, setelah turun lapangan menemui penghuni Huntap Semeru, peserta LKJ 2024 berkesempatan menikmati hidangan, sambil mendengar paparan, mulai peristiwa Erupsi Gunung Semeru pada Desember, solusi dan penanganannya. Disampaikan, tugas kemanusiaan itu dilakukan bergandengan antara Pemkab setempat, Pemprov Jatim dan unsurnya, serta pemerintah pusat dan stakeholder lain.
Jawaban menyejukkan untuk penghuni Huntap, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi menyampaikan telah melakukan banyak hal. Itu mewujudkan kebutuhan penghuni Huntap, dikatakan proses masih berjalan.
"Beberapa bentuk pelatihan ketrampilan telah dilakukan. Saat ini Pemda (Lumajang) sedang melakukan inventarisasi dan perencanaan melalui Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Dikopindag) bentuk intervensi yang sesuai kebutuhan masyarakat dan akan direncanakan dalam bentuk program. Sharing penganggarannya dengan Pemprov Jatim maupun BNPB," kata Kalaksa BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi, saat memberikan paparan di Pendopo Kabupaten Lumajang.
Gayung bersambut, pemerintah mendengarkan dan mengkaji seksama guna mewujudkan harapan penghuni Huntap Semeru. Dipastikan tak sulit, dibutuhkan jalinan sinergi semua pihak untuk mewujudkan senyum penghuni Huntap Semeru.
"Haru Biru Erupsi Gunung Semeru, Diharap Bawa Perubahan Menjadi Lebih Baik"
Gunung jenis Strato Vulcano, tertinggi di Pulau Jawa pada pukul 02.46 WIB, tanggal 4 Desember 2022, menunjukkan keperkasaan sebagai penutup akhir tahun dengan erupsi. Letusan menyebabkan guguran lava dan awan panas melanda sejumlah daerah sekitarnya. Letusan menyemburkan awan setinggi kurang lebih 15 kilometer di atas puncak.
Gunung yang memiliki tinggi 3.676 Mdpl, muntahannya jadi selimut debu menutup perkampungan warga, diantaranya Kampung Renteng di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Tak hanya rumah, perabot, harta benda dan ternak peliharaan, abu vulkanik Gunung Semeru pun merenggut korban jiwa. Musibah di penghujung tahun itu membuat 51 orang meninggal dunia, 169 orang luka-luka, 22 orang hilang. Lainnya, 45 orang mengalami luka bakar, 1.027 unit rumah rusak, dan 9.417 jiwa harus mengungsi guna menghindari luncuran lava yang termonitor hingga sejauh 800 meter.
Berjibaku, bakti kemanusiaan dilakukan pemerintah setempat, pemerintah provinsi, BNPB dan kekuatan lain. Kebersamaan petugas dari berbagai unsur tak diragukan untuk melakukan tugas kemanusiaan. Saat itu Gubernur Jawa Timur yang masih di pundak Khofifah Indar Parawansa tak henti memberikan intervensi, atensi dan arahan penanganan maksimal, menolong dan pembenahan untuk kemanusiaan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat itu langsung memerintahkan BPBD Jatim dan Dinas Sosial mengirim bantuan tenaga, peralatan juga logistik untuk penanganan warga terdampak erupsi, termasuk pengungsi. Ratusan paket bantuan untuk masyarakat Kabupaten Lumajang terdampak erupsi Gunung Semeru, dikirim ke Lumajang, sehari setelah erupsi dan semburan lahar.
Khofifah menegaskan, bantuan berupa beras, sembako, lauk pauk, dan asupan gizi, selimut, family kids, baju anak-anak, dan lainnya harus cepat terkirim. Kebutuhan lain juga disertakan yaitu terpal, kantong mayat, pampers, masker kain, masker medis, pakaian, air, susu dan biskuit bayi, minyak telon, minyak kayu putih, suplemen dan lain-lain tak boleh terlewat.
Juga dikirim Trail, Chainsaw, tenda pengungsi, tenda posko, genset, light tower, velbed, sleeping bag, police line, kebutuhan lain ada cangkul, sekrop, kabel, jurigen, sepatu boot, kacamata google, toolkit, helm dan antena tower hidrolis.
Bupati Lumajang menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Semeru selama 14 hari, mulai 4 Desember 2021 hingga 17 Desember 2021 melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Lumajang Nomor: 188.45/527/427.12/2021. Kemudian, diperpanjang selama tujuh hari mulai 18 Desember 2021 hingga 24 Desember 2021 melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Lumajang Nomor: 188.45/549/427.12/2021.
“Saya bersama Bupati Lumajang langsung meninjau lokasi kejadian dan menyisir apa-apa saja yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Khofifah saat meninjau dampak erupsi Gunung Semeru di Dusun Renteng,Desa Sumber Wulu, Kec.Candi Puro, Lumajang, Minggu (5/12/2021), lalu.
Khofifah mengatakan, Bantuan yang dikirimkan sebagai langkah awal kesigapan Pemprov Jatim dalam menangani bencana alam. Selanjutnya, terus didatangkan bantuan-bantuan yang akan dikirimkan secara bertahap sesuai kebutuhan di lapangan.
Pemerintah baik kabupaten setempat, Pemprov Jatim dan juga kepedulian Pemerintah Pusat turun tangan dengan cepat, melalui unsur-unsurnya, BPBD, Satgas Basarnas, dan elemen regu evakuasi dan lainnya. Mereka berpencar ke lapangan, membantu penyelamatan dan menolong dan mengevakuasi korban. Personil Dinas Sosial pun tak kalah sigap, mereka juga maksimal melakukan tugas sosial. Di titik titik yang ditentukan dibuka dan berdiri dapur umum guna memenuhi kebutuhan pangan warga penyintas Gunung Semeru.
Data yang yang ada, musibah di penghujung tahun itu 51 orang meninggal dunia, 169 orang luka-luka, 22 orang hilang. Lainnya, 45 orang mengalami luka bakar, 1.027 unit rumah rusak, dan 9.417 jiwa harus mengungsi.
Peristiwa telah usai, masyarakat yang kehilangan tempat tinggal telah bermukim di Huntap. Dipastikan, semua pihak berharap warga kembali tenang, harapan perbaikan hidup terus ditata, rasa lega layak dicerna, apalagi pemerintah sanggup menata munculnya peluang ekonomi untuk warga.
Selamat menempati Huntap, kebersamaan harus terjaga, memperbaiki ekonomi, menata keluarga menjadi yang utama. Hidup sejahtera bersanding dengan alam, dan tak lengah menjaga dan merawat, menjadi tugas mulia. (Tudji)
Editor : Tudji Martudji