Risma Paparkan Pentingnya SMA/SMK dan Sekolah Keagamaan Gratis, Jika Dirinya Jadi Gubernur
SURABAYA, iNFONews.ID - Tri Rismaharini menjabarkan, jika dirinya terpilih menjadi Gubernur Jawa Timur, berbagai hal yang dilakukan diantaranya peningkatan dan akses kualitas pendidikan. Menurut Risma
"Jadi, bapak ibu sekalian tolong sampaikan jika nanti saya terpilih (menjadi Gubernur Jatim), Insyaallah untuk pendidikan untuk SMA dan SMK gratis," kata Risma yang direspon tepuk tangan serentak olah kader PDI Perjuangan yang hadir di acara Rakerdasus DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, di Hotel Vasa Surabaya, Kamis (26/9/2024).
Risma menambahkan, itu juga berlaku untuk sekolah-sekolah agama, karena mereka juga ikut memajukan kecerdasan bangsa.
"Karena saya gubernurnya bukan untuk sekolah-sekolah negeri saja, tetapi juga untuk sekolah-sekolah agama, sekolah swasta dan sekolah-sekolah agama lainya. Apa bisa? Ya bisa," tegas Risma, sambil memberikan jawaban dari lontaran kalimatnya sendiri yang berdiri memberikan paparan didampingi Gus Hans.
Lanjut Risma, hal itu sangat mungkin bisa dilakukan. Karena di tahun 2010 hingga tahun 2017, saat dirinya menjadi Walikota Surabaya.
"Untuk SMA/SMK itu gratis. bahkan yang SMK saya minta (jam belajar) sampai jam lima sore, dan itu kita berikan makanan dan bisa. Anggaran pendidikan saat itu 32 persen. Jadi, kalau ditanya Risma punya bukti ta? Lha wong aku yang mbayari. Akhirnya, banyak yang berkirim surat kalau anaknya mau masuk SMA, dan tidak bisa membayar," urai Risma, sambil mencontohkan ada kepala daerah yang untuk menebus ijazah SMA/SMK sampai Rp 3 miliar.
"Jadi kalau orang miskin, kalau ijazahnya ditahan karena tidak bisa membayar, kalau mau kerja gimana hayo. Jadi kalau realisasinya bener, semua itu bisa kita laksanakan. Jadi tidak usaha kuatir saya mantan Bapedda, saya ini mantan Kepala Bapedda jadi yang mengurusi anggaran, saya tahu itu, ini posnya dimana, dimana jadi tau ini duitnya dimana," urai Risma sambil tertawa.
Berikutnya, soal pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan juga diuraikan. Menyebut karena dirinya mantan Menteri Sosial, dia mengaku mengetahui betul soal karakter anak-anak. Disampaikan, adanya anak-anak yang membulli itu karena tidak mengetahui artinya perbedaan. Anak yang miskin dibulli, padahal anak yang miskin itu juga anak bangsa yang sama dengan yang membulli.
"Karena itu, yang kita berikan adalah pengembangan karakter dan wawasan kebangsaan," kata dia, sambil menyebut Indonesia (kita) ada 2000 lebih suku, dan 2000 lebih bahasa. Kalau itu tidak tertangani, maka anak-anak bangsa akan terpecah belah.
Di Kementerian Sosial, dia menyebut juga menangani eks teroris, termasuk yang dari Poso. "Jadi, begitu dia sadar, yang diminta ke saya, ibu saya mau sekolah. Tapi, saat pertama kali saya ketemu, saya tanya kamu minta apa nak, dia menjawab mati. Karena bagi dia dengan ngebom, itu bagi dia mati sahid. Jadi, itulah yang ingin kita berikan sejak dini (pendidikan karakter). Kita memang berbeda-beda, ada yang pesen kayak saya ada yang kayak Abuya (Said Abdullah), itu harus kita ajarkan.
Selanjutnya, dijabarkan soal pendidikan ketrampilan dan kompetensi bagi anak-anak. Juga pondok pondok pesantren kecil akan diberdayakan model sekolah-sekolah kejuruan, untuk petani, kejuruan untuk nelayan dan lainnya.
"Kenapa, karena kekayaan alam kita tidak akan ada yang mengelola, jadi sekolah kejuruan itu sangat penting," katanya.
Acara itu berlangsung sekitar empat jam, dan selain kader PDI Perjuangan, juga tampak hadir para kepala daerah, anggota DPRD se-Jatim dari Banteng Moncong Putih, serta unsur dari DPP, terlihat ada Buya, atau HM Said Abdullah, Indah Kurnia dan lainnya. Sementara, Paun Maharani tak tampak hadir, yang sebelumnya dikabarkan hadir. (inf/tji/red)
Editor : Tudji Martudji