ASTI: Pemilih Perempuan Dominan, Kandidat Layak Gandeng Perempuan Milenial
Infonews.id | Surabaya - Manager Operasional Akurat Survei Terukur Indonesia (ASTI), Baihaqi Sirajit menyebut, survei yang dilakukan hingga akhir Januari 2020, jelang Pilwali Kota Kota Surabaya sejumlah nama yang dilontarkan ke responden terus menguat.
Dikatakan, nama Wisnu Sakti Buana menempati posisi teratas, yakni di angka 27 persen. Di bawahnya menyusul nama Armuji 25 persen, Puti Guntur Soekarno 23 persen, Gus Han 20 persen, dan Lia Istifhama di angka 19 persen.
"Survey di Surabaya itu kita gelar sejak awal bulan Januari dengan sampling 1.000 responden. Dengan metode wawancara tatap muka door to door di 31 kecamatan di Surabaya. Dengan margin of error 3 persen," kata Baihaqi, Sabtu (1/2/2020), malam.
Baihaqi menyebut, dari nama-nama diatas, meski tidak masuk di dalam daftar survey, nama Machfud Arifin juga melejit, hingga di pertengahan Januari.
"Satu-satunya calon yang saat ini mengantongi rekom, yaitu MA (Machfud Arifin) masih belum menonjol di masyarakat. Mungkin penyebabnya adalah posisi (MA) yang baru landing," lanjutnya.
Namun, lanjut Baihaqi MA masuk kategori sosok bakal calon yang elitis. Selanjutnya, untuk mendongkrak elektabilitas namanya, idealnya dengan menggandeng sosok milenial yang merakyat.
"Kenapa harus milenial yang merakyat? Karena di Surabaya ini, pemilih milenial 36 persen, dan didominasi perempuan," katanya.
Karena MA satu-satunya bakal calon yang telah mendapatkan rekom, dan jika ingin melampaui nama-nama lain dari PDIP maka idealnya menggandeng sosok milenial, tepatnya perempuan.
"Saya tidak menyebut nama ya, jadi sangat dibutuhkan sosok milenial dan perempuan, karena pemilih di Surabaya ini didominasi perempuan. Itu akan sangat membantu atau mendongkrak perolehan suara MA," urai lelaki itu.
Lanjut Baihaqi, kekuatan partai lainnya seperti Golkar, NasDem, PKS dan PSI itu ke kubu MA atau sebaliknya ke PDIP, atau muncul poros baru maka akan ada pertarungan head to head, dan itu akan seru. Akan memunculkan sosok baru yang sangat kuat.
Menurutnya, hingga saat ini PDIP masih mengukur siapa sosok yang dianggap layak bersaing dengan MA, yang resmi diusung oleh PAN, Gerindra, PKB dan PPP.
"Tidak menutup kemungkinan, Golkar, NasDem, PKS dan PSI yang belum menentukan pilihan, atau memunculkan jago sendiri. Atau mungkin mereka mau gabung dengan koalisi pengusung MA atau gabung dengan PDIP. Atau malah bikin poros baru yang bisa jadi kuda hitam,” ujarnya.
Menurutnya, tim koalisi MA harus hati-hati untuk memilih pendamping. Harus yang punya basis massa yang jelas sehingga bisa terus mengangkat popularitas dan elektabilitas, utamanya sosok perempuan jika ingin bersaing dengan kandidat yang akan dijagokan PDIP.(tji)
Editor : Redaksi