Doa dan Tabur Bunga Memperingati Hari Lahir WR Soepratman (Foto: IN/tudji)

INFOnews.id | Surabaya - Barisan Gotong Royong (BGR) ormas yang baru berdiri dua bulan lalu ini, berkumpul di Komplek Makam Wage Rudolf Soepratman, di Surabaya, Rabu (9/3/2022), malam.

Di pusara Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mereka mengheningkan cipta, berkirim doa untuk WR Soepratman.

Prosesi itu diawali semua yang hadir, juga tampak sejumlah Pemimpin Redaksi berbagai media, diantaranya dari OPSI, RakyatJelata, juga terlihat Penasihat dan Pengurus Aliansi Wartawan Surabaya (AWS), mereka berdiri menyanyikan Lagu Indonesia Raya. 

Alunan lagu Indonesia Raya diiringi gesekan merdu suara biola, menambah suasana semakin khitmad berbaur cahaya lilin di lantai.

Ketua BGR Kongko Widani menyampaikan organisasi tersebut tidak berafiliasi dengan partai apapun juga dengan sosok siapa pun.

"Kami (BGR) ini, dengan semangat Gotong Royong peduli untuk menyelamatkan anak bangsa. Peduli sejarah dan selalu terus ikut menjaga keutuhan bangsa dan negara," ucap Kongko.

Penasihat BGR Prof Siswanto menegaskan kalau BGR yang didirikan Desember 2021 dengan tagline "Selamatkan Anak Bangsa" tidak terkait parpol atau golongan apa pun. Dia mengajak, semua anggota BGR peduli dan menjaga keselamatan dan keberlangsungan anak-anak bangsa.

"Utamanya terkait bahaya narkoba. Selain kita sudah dijajah ekonomi dan lainnya. Bahaya narkoba harus kita waspadai, ayo kita selamatkan generasi kita dari bahaya narkoba. Siapa pun harus kita lawan, kita tidak takut untuk memerangi bahaya narkoba yang semakin merajalela. Perlu diketahui Surabaya nomor satu tertinggi di Jawa Timur untuk kasus narkoba. Dan, Jawa Timur juga tertinggi kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Mari mulai sekarang kita lawan narkoba," ucapnya penuh semangat.

Di monumen yang dipugar 10 Mei 2003, oleh Presiden Megawati Soekarnoputri itu, Hasanudin alias Bang Udin, selain mengajak berdoa untuk WR Soepratman juga mendoakan agar Surabaya terbebas dari Corona.

Dia juga mengingatkan banyak orang yang tidak tahu bahwa hari lahir WR Soepratman 9 Maret, itu juga sebagai Hari Musik. Dengan lantang Bang Udin juga melontarkan kritik, bau sampah karena ada tempat penampungan sampah di dekat Makam WR Soepratman. Termasuk, mengkritik Pemkot Surabaya yang belum menunjukkan kepedulian dengan makam WR Soepratman.

"Tempat sakral dan bersejarah ini harus bebas dari bau sampah," kata Bang Udin, yang disambut teriakan setuju oleh anggota BGR dan semua yang hadir. 

Dia mengusulkan agar nama di depan Makam diganti menjadi Jalan Indonesia Raya, kemudian di sampingnya menjadi Jalan Biola.

"Kami mengusulkan dan meminta nama jalan di depan ini menjadi Jalan Indonesia Raya, yang di samping menjadi Jalan Biola," ucapnya, yang kembali disambut gemuruh tepuk tangan dan kalimat setuju. 

Kemudian sosok dari Jakarta, Tolig Gunawan yang juga Ketua Penggubah Lagu, saat berbicara meluruskan bahwa WR Soepratman lahirnya di Jatinegara, Jakarta.

"Saya luruskan beliau sosok yang terbaring di sini ini, lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903. Jadi, bohong kalau disebut lahir d kota lain. WR Soepratman, beliau meninggal di usia 35 tahun. Tidak pernah menikah, tidak punya anak dan tidak punya anak angkat. Beliau sosok yang harus kita hormati, kita kenang dan dihargai karyanya," kata Tolig, dengan suara rendah, tampak sedih dan haru.

Dia menyinggung, bahwa semua negara punya lagu kebangsaan. Tetapi di sini belum ada penghargaan yang diberikan negara untuk keluarga WR Soepratman, atas jasanya menciptakan Lagu Indonesia Raya, yang telah dinyanyikan pada tahun 1928, saat Pergerakan Budi Utomo.

Disampaikan, banyak yang tidak memahami dan menghargai jasa WR Soepratman. Lagu ini diciptakan dengan resiko nyawa. Diciptakan, pada 1920 dan pada 1928 baru selesai dan dinyanyikan untuk pertama kali. Itu membuat WR Soepratman dikejar-kejar polisi Pemerintahan Belanda, karena lagu tersebut yang menggugah semangat perlawanan.

Akibatnya, WR Soepratman menjadi buron Pemerintah Belanda. Sebagai penulis dan wartawan yang gajinya tidak cukup untuk hidup, WR Soepratman harus lari dan sembunyi berpindah-pindah tempat.

"Karena lagu ciptaannya, beliau dikejar-kejar polisi Pemerintah Belanda. Lari ke Cimahi, Malang, dan daerah lainnya hingga ke Surabaya, di rumah Bu Rukiyem, di Jalan Mangga, Tambak Sari. Kemudian wafat dan dimakamkan di Surabaya," ucapnya sambil menahan suara berat, sedih dan haru.

Tolig menyebut, saat berada di RRI, WR Soepratman ditangkap pada 7 Agustus 1938. Di penjara di Kalisosok, Surabaya, meski dalam hitungan hari kemudian dibebaskan.

Di penghujung acara, seniman Taufiq Monyong muncul. Dia memberikan pencerahan atau menjabarkan tentang arti Pusara WR Soepratman, yang ada di hadapan mereka yang hadir. Termasuk, Lagu Indonesia Raya serta makna dan arti kandungan yang harus dipahami oleh masing-masing individu sebagai Hamba Tuhan.

"Ini tauladan, apa yang telah dilakukan WR Soepratman adalah pesan dari Zat, Sang Pencipta," kata Monyong. 

Jabaran ayat-ayat suci dan artinya keluar dari kalimat pitutur. Monyong seniman alumni UNESA ini intinya, mengajak dan mengingatkan agar kita tidak lupa kepada Zat Pencipta, Menghormati Jasa leluhur dan Cinta Tanah Air.

Dia mencontohkan, yang telah dilakukan WR Soepratman dan manfaatnya dinikmati seluruh bangsa Indonesia ini, tak lepas dari campur tangan Zat Pencipta, Sang Khalik yang Maha Besar, Maha Segalanya, yakni Allah SWT. (inf/tji)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru