Warung Rakyat Kahuripan putar film G30S/PKI (Foto: IN/tudji)

INFOnews.id | Surabaya - Bertempat di Warung Kahuripan di Jalan Penataran No 17, Surabaya Organisasi Massa (Ormas) Perisai Bangsa Surabaya yang sebelumnya adalah organ Front Pembela Islam (FPI) menggelar nonton bareng tayangan film G30S/PKI.

Agus Fachrudin atau Gus Din, Sekretaris Perisai Bangsa Surabaya ditemui di lokasi mengatakan, acara nobar itu sengaja dilakukan untuk mengingatkan bahwa sejarah kelam dan keji (pembantaian) pernah terjadi di negara ini.

Berikut, obrolan Infonews (IN) dengan Gus Din, disela acara pemutaran Film G30S/PKI, Kamis (30/9/2021), malam.

IN : Gus, pesan apa yang ingin disampaikan seiring dengan acara pemutaran Film G30S/PKI di tempat ini?

Gus Din : Ya Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bahwa, di Indonesia kan pernah terjadi peristiwa keji seperti ini. Kita harus tetap waspada, bagaimana pun juga PKI ini merupakan bahaya laten, yang suatu saat bisa muncul kembali.

IN : Disini saya lihat juga ada anak-anak muda, termasuk dari pondok pesantren, apa yang ingin disampaikan kepada mereka?

Gus Din : Jadi, kita harus menyadarkan kepada generasi muda, bahwa dulu (di Indonesia) pernah terjadi peristiwa seperti ini. Agar mereka tahu, ini jangan sampai terulang lagi.

IN : Siapa saja mereka, yang diundang di tempat ini?

Gus Din : Undangan terbuka, untuk siapa saja. Termasuk kita juga mengundang santri, ada 10 santri dari Pondok Pesantren Ummul Quro Surabaya.

IN : Tujuannya, menyertakan anak-anak (remaja) dari ponpes tersebut, untuk menonton tayangan ini (G30S/PKI)?

Gus Din : Tujuannya, biar mereka melek sejarah, jangan sampai mereka (generasi muda) tidak tahu bahwa kejadian tahun 1965 pernah terjadi di Indonesia.

IN : Undangan lainnya, siapa saja mereka?

Gus Din : Ya, elemen Arek-arek Suroboyo, millenial serta ormas ormas nasionalis di Surabaya.

Kemudian, setelah tayangan film usai, Farda salah satu santri yang duduk di sisi kiri depan panggung, saat diminta tanggapan usai meyaksikan film tersebut, mengaku senang dan bisa hadir di tempat itu.

Di tanya relevansinya dengan kondisi saat ini, remaja ini dengan tegas mengatakan harus hati-hati dengan tindakan orang-orang seperti dalam sejarah film tersebut.

"Hubungannya dengan saat ini, kita harus berhati-hati dengan tindakan orang-orang yang tidak kita kenal. Terutama para ulama ulama dan para pemimpin yang menegakkan agama Allah dengan benar," kata Farda, santri Ponpes Ummul Qura' daerah Waru Gunung, Mastrip Surabaya ini.

Selain itu, ikut menyaksikan tayangan film tersebut juga ada belasan orang, yang disebut mantan narapidana tindakan terorisme.

Usai gelaran acara, mereka sempat foto bareng dibelakang benner bertuliskan "Kami Bangga Jadi Musuh PKI" itu sambil mengepalkan tangan, meneriakkan kalimat Allahu Akbar...!!

"Tayangan seperti ini sangat perlu sekali, saya sepakat bahwa generasi berikutnya sangat perlu mengetahui sejarah ini. Namun, untuk mengurai sejarah jangan sampai ada manipulasi. Kan kita kadang melihat sejarah, namun saat kita baca-baca ternyata banyak yang tidak sinkron," kata Priyo Hadi Purnomo.

Di tempat itu, yang hadir disediakan menu polopendem (umbi rebus) yang telah terhidang di setiap meja dan dihadapan mereka serta minuman teh dan kopi.

Hingga akhir tayangan usai, suasana tempat tersebut terlihat aman, dan ada gangguan. Sejumlah orang sesekali terlihat mendekat ke Gus Din, menanya atau berbisik mendekatkan wajahnya ke telinga. Termasuk, juga terlihat polisi berseragam keluar dari warung yang terletak di pojok jalan ini. (tji/red)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru