Ilustrasi (Foto:Galamedia/Pixabay)

INFOnews.id I Surabaya - Indonesia mencatatkan sebagai salah satu negara terbaik dalam penanganan Covid-19, walau demikian masyarakat diimbau agar tetap waspada terhadap ancaman masuknya varian baru.

Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, RI berhasil menorehkan prestasi itu karena mampu menurunkan angka kasus hingga 58 persen.

Dan itu pun dilakukan dalam kurun waktu hanya 2 minggu. "Mengutip salah satu publikasi dari situs Ourworldindata.org, John Hopkins University CSSE COVID-19 Data, yang terakhir di update pada 12 September kemarin, menyatakan bahwa penanganan COVID-19 di Indonesia diapresiasi sebagai salah satu yang terbaik di dunia, karena mampu menurunkan angka kasus hingga -58 persen dalam kurun waktu 2 minggu," ujar Nadia.

Tren positif ini, kata Nadia, akan terus dipertahankan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini sebagaimana terlihat dari data Senin (13/9/2021)

Bahkan lanjutnya, Indonesia sempat mencatatkan angka kasus harian terendah sejak bulan Mei, yakni sebanyak 2.577 orang.

"Tren positif di hampir seluruh indikator merupakan salah satu bukti keseriusan kita semua untuk dapat mengendalikan pandemi Covid-19 di negara kita. Akan tetapi, perlu diingat bahwa upaya terberat selanjutnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan tren positif ini," kata Nadia.

Ia kemudian mengajak masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Dikatakan upaya ini sebagai salah satu proteksi kesehatan.

Menyinggung soal ketersediaan vaksin, Nadia memastikan pemerintah menjamin ketersediaan vaksin dan mendistribusikan ke daerah-daerah untuk segera digunakan.

Dijelaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pelaksanaann jumlah vaksinasi COVID-19 di Indonesia menderek peringkat Indonesia di posisi ke-6 dunia.

Selama pelaksanaan program vaksinasi, sebanyak 105,7 juta dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan kepada masyarakat hingga Minggu (05/09/21).

Rinciannya Airlangga menyebut, sebanyak 66,78 juta dosis vaksin pertama dan 38,22 juta dosis vaksin kedua.

"Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia. Namun kita tetap harus waspada dan harus berupaya keras untuk percepatan vaksinasi," ujar Airlangga.

Sementara untuk vaksinasi dosis ketiga atau vaksin booster telah disuntikkan kepada para tenaga kesehatan yang berjumlah 713.068 orang, lalu vaksinasi anak-anak usia 12-17 tahun sebanyak 2,77 juta dosis pertama dan 1.9 juta anak-anak dosis kedua.

Airlangga mempertegas, pemerintah akan terus mengakselerasi percepatan vaksinasi, sasarannya nanti termasuk kepada masyarakat usia lanjut dan masyarakat umum. Utamanya usia di atas 12 tahun dan ibu hamil.

Politisi Negeri Jiran Kaget.

Turunnya kasus angka Covid-19 di Indonesia bikin Politisi Malaysia dari Partai Aksi Demokratik, Lim Kit Siang heran, melihat kasus COVID-19 di RI bisa menurun drastis.

Di tengah rasa herannya, lantas ia meminta Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin menjelaskan mengapa Covid-19 di Indonesia kasusnya setengah lebih kecil dari angka kasus di Malaysia.

Padahal sambung dia, populasinya jauh lebih besar. "Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin, menjelaskan mengapa selama 16 hari berturut-turut, Indonesia telah mengurangi kasus baru COVID-19 hariannya menjadi kurang dari Malaysia bahkan kurang dari setengah seperti kemarin 8.955 kasus menjadi 20.988 kasus Malaysia?" kata Lim dikutip detik dari Malaymail.

Menurut Nadia, dilansir dari CNNIndonesia penurunan kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia dapat terjadi lantaran pemerintah dan warga bersinergi dalam mematuhi aturan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Levelling.

"Itu terjadi terutama kebijakan PPKM, tapi yang penting adalah dukungan dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, termasuk juga para ahli seperti epidemiolog, klinisi, organisasi profesi, dan organisasi masyarakat," kata Nadia

Sedangkan menurut pegiat media sosial Denny Siregar, cepatanya penurunan kasus Covid-19 di Indonesia karena kerja keras pemerintah yang bahu membahu mengatasi virus asal Wuhan tersebut.

"Itu karena Presiden @jokowi gerakkan TNI dan @DivHumas_Polri sebagai kesatuan untuk melakukan vaksinasi massal, pak Malaysia. Jadi efektif dan tidak dipolitisasi," cuitnya, dalam akun Twitternya.

Apresiasi Pemerintah

Atas kerja keras semua pihak dalam upaya menekan atau menurunkan angka kasus Covid-19, pemerintah mengapresiasi langkah tersebut.

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pemerintah mengharapkan kerja keras ini dapat terus dipertahankan dan perlu ditingkatkan.

Ia mengatakan kondisi ini sejalan dengan upaya penanganan pandemi di Indonesia yang terus membaik.

"Per Minggu (19/9/2021), positivity rate Indonesia telah turun ke 3.05 persen, atau berada di bawah 5 persen yang merupakan angka ideal dari WHO," ujar Johnny, Selasa (14/9/2021).

Johnny menyebut, tingkat rata-rata positivity rate saat ini telah turun drastis, dari posisi saat puncak lonjakan kasus terjadi sejak Juni-Agustus 2021, dimana saat itu sempat mencapai 30 persen.

WHO Warning RI

Dilansir dari CNBC penurunan kasus ini malah menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Covid-19 Situation Report-72" memuat bagaimana corona RI mencatat penurunan 30% kasus di rentang tanggal 6 hingga 12 September.

Kemudian WHO membandingkan dengan minggu sebelumnya. Kematian di waktu yang sama juga menurun 23%. Di samping itu, WHO juga menyikapi turunnya kasus Covid-19 wilayah Jawa Bali selama seminggu.

Namun, WHO masih mencatat penurunan di level moderat di luar Jawa-Bali.

Sebab itu, WHO meminta RI mengevaluasi tren ini. Provinsi dan level analisis daerah harus mengevaluasi tren ini.

Meski demikian pelonggaran penguncian disebut WHO harus diwaspadai. Setidaknya ini terlihat di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), dan Banten.

WHO mencatat terdapat peningkatan signifikan akan mobilitas masyarakat dibidang ritel dan rekreasi. Bahkan disebutnya telah mencapai prapandemi.

Karenanya, WHO meminta rencana antisipasi dan mitigasi. Bagi WHO hal ini dinilai ada kemungkinan akan meningkatkan transmisi Covid-19 dan berujung pada kapasitas sistem kesehatan nasional dan daerah. "Dibutuhkan aksi nyata untuk memitigasi risiko dari peningkatan mobilitas ini," tulis laporan mingguan WHO," tegas WHO. (rya/red)

Editor : Rony

Berita Terbaru