Whisnu Sakti: Perempuan Bukan Lagi Tiang Wingking
Infonews.id | Surabaya - Hari Perempuan Sedunia (International Womans Day) 2020, menjadi momentum agar perempuan lebih berdaulat di Surabaya. Khususnya dalam pemberdayaan ekonomi.
Itu disampaikan oleh Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana, saat mengunjungi kampung kue, di Rungkut Lor Surabaya, dan kampung Hidroponik Medokan Ayu Surabaya, Minggu (8/3/2020).
WS - sapaan Whisnu Sakti Buana - memberikan apresiasi kepada para kaum perempuan, khususnya ibu-ibu yang telah sejajar dengan pria.
"Selama ini perempuan atau ibu-ibu dianggap sebagai _Tiang Wingking_ (Orang yang berada dibelakang, Red). Ternyata anggapan ini sudah tidak lagi. Karena turut membantu dalam menambah ekonomi keluarga," katanya.
Kampung-kampung thematik yang dapat mendongkrak perekonomian warga dan menjadi sebuah keyakinan bahwa keberadaan perempuan atau ibu-ibu turut menjadi penggerak ekonomi di Surabaya.
WS yang juga penggagas keberadaan Kampung Lontong di Petemon pada tahun 2000-an ini, menyatakan keberhasilan Walikota Risma dalam mencipakan Pahlawan Ekonomi akan dilanjutkan.
"Dengan konsep yang lebih berdaulat. Terutama membentuk lagi kampung-kampung tematik," kata politisi PDI Perjuangan ini.
Keberhasilan kampung Kue dan Hidroponik menjadi penggerak ekonomi kerakyatan luar biasa. Kampung Kue sendiri digagas dengan bermodalkan Rp 150 ribu, dari tiga warga.
Kini kampung tersebut mampu menciptakan lapangan pekerjaan lebih dari 100 Kepala Keluarga. Sedangkan Kampung Hidroponik bermula sekitar setahun lalu. Produk pertanian selada dan kangkung menjadi andalan. Bahkan, suplai ke Pasar tradisional dan modern. Termasuk kedepannya membentuk koperasi untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat.
"Jiwa Koperasi yang dicanangkan oleh Bung Hatta memang dimulai dari kegiatan ekonomi rakyat kecil seperti ini," terang Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD PDI Perjuangan Jatim ini.
Dalam kesempatan yang sama, ibu-ibu penggerak ekonomi dari kampung kue dan hidroponik merespon positif kunjungan WS.
Choirul Mahpuduah misalnya. Tokoh penggerak Kampung Kue ini sependapat dengan pernyataan pasangan Risma dalam Pilkada Surabaya 2015 lalu.
"Perempuan saat ini memang dituntut untuk mandiri. Termasuk memberdayakan kreatifitas untuk menambah ekonomi keluarga," katanya.
Sementara tokoh penggerak Kampung Hidroponik, Reni Susilowati mengatakan perempuan sudah saatnya mempunyai karya sendiri.
"Meski berada dirumah bisa melakukan kreatifitas itu. Sebagai Ibu Rumah Tangga tidak harus mandek. Tapi punya kemampuan untuk berdaulat secara ekonomi keluarga," katanya.
Wanita yang juga jurnalis media online di Jatim ini menambahkan, kampung hidroponik adalah kreatifitas dari para perempuan. khususnya ibu rumah tangga. Mulai dari mempelajari cara menanam, teknologi penanaman hingga nantinya menjadi UMKM.
"Ini adalah kemandirian meski berada dirumah," ucap Reni.
Editor : Tudji Martudji