Surabaya Winged Free Flight Community, Sahabat Burung Kekep Babi
"Surabaya Winged Free Flight Community" komunitas penyuka Burung Kekep Babi berkumpul di Unesa, Lidah Wetan Surabaya (foto: tudji)
Infonews.id | Surabaya - Anak-anak muda ini terlihat riang dengan burung kecil yang terbang, bahkan sampai tinggi tak terlihat, mengepakkan sayap, kemudian bermanuver dan hinggap di tangan pemilik.
Oleh pemilik, sambil bertengger di sarung tangan burung yang disebut Kekep Babi itu diberikan hadiah, ulet kecil yang langsung disambar dengan lahap. Mereka tergabung di "Surabaya Winged Free Flight Community" kerap berkumpul diberbagai tempat, bersuka ria dengan Burung Sriti, atau juga disebut Kekep Babi, atau -orang Suroboyo- menyebut 'Manuk Dali. Jenis burung 'pintar' ini habitatnya ada di ketinggian, misalnya tower atau kabel listrik bertegangan tinggi.
"Iya, koloni burung ini ada di ketinggian atau tower," kata Alamsyah yang pagi itu bersama komunitasnya bermain burung bertubuh kecil itu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) areal Kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Lidah Wetan, Surabaya, Minggu (1/3/2020).
Atraksi main burung yang dilakukan lelaki itu tentu tak menarik perhatian bagi yang melihat termasuk saya, yang langsung mendekat dan bertanya-tanya, mulai cara mendapatkan, cara melatih, jenis makanannya dan lain-lain.
"Setahu saya, sampai sekarang jenis burung ini belum ada yang bisa menangkapnya. Ini saya beli dari komunitas, kemudian saya latih sendiri sampai sekarang bisa 'pintar' seperti ini," kata Alamsyah yang dibenarkan teman-temannya.
Alamsyah anggota komunitas itu mengaku sangat menyenangkan bermain Burung Dali yang olehnya diberi nama Doy.
"Harganya tidak mahal, saya belinya dari komunitas asal Madura Rp.150 ribu dan merawatnya pun tidak sulit," ungkap alumni Unesa ini, yang dilehernya terkalung peluit untuk memanggil atau memberikan perintah kepada burungnya.
Selain setiap hari Minggu berkumpul dengan teman-temannya di komunitas, dia juga mengaku kerap bertandang ke tempat lain, bahkan menghadiri undangan di plaza atau mall untuk unjuk kebolehan 'Manuk Dali' piaraannya.
Alamsyah menunjukkan keahlian piaraannya, si Doy dilepas, terbang, sesaat kemudian peluit yang ditiup dibarengi munculnya si Doy kembali datang menghampiri dan hinggap di tangannya yang mengenakan sarung tangan warna biru.
"Sarung tangan ini penanda tempat hinggapnya, jadi Do'i pasti hinggap disini, ini karena kebiasaan seperti yang selalu saya latihan," katanya, sambil memberikan ulat yang langsung disantap oleh burung mungil itu.
Doy atau burung lainnya yang sudah terlatih dan jinak, dipastikan setelah dilepas oleh pemilik, kemudian bermanuver, terbang tinggi dan kadang rendah, berputar-putar sambil terkekeh, kemudian pasti kembali dan hinggap di tangan si pemilik. Wow, menyenangkan.
Jadi, memelihara burung Kekep Babi ini bukan untuk dinikmati suaranya, melainkan keindahan dan kelincahannya, bahkan bisa diajak bermain-main, itulah uniknya. Kekep Babi ini masuk dalam jenis burung dengan nama latin white-breasted woodswallow (Artamus leucorynchus) merupakan salah satu keluarga Artamidae.
Tubuhnya sedang dan dikelompokkan sebagai jenis burung pemakan serangga. Habitatnya di kawasan pesisir, sawah, tegalan, hutan sekunder hingga di ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut (dpl). Di Indonesia, ada lima dari sembilan jenis atau ras yang ada.
Keberadaannya tersebar di wilayah Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.[]
Editor : Tudji Martudji