Pelatihan Gratis untuk Mahasiswa dan Anak-Anak TKI
PONOROGO, INFONews.ID - Komunitas Keluarga Literasi Indonesia (KLI) menggelar pelatihan gratis untuk mahasiswa dan anak-anak TKI. Karena banyaknya peminat, maka acara itu digelar secara bertahap. Nantinya ada sejumlah pemateri yang akan mengisi pelatihan.
Founder KLI Sutejo mengatakan bahwa pelatihan menghadirkan beragam narasumber. Mereka merupakan praktisi di bidang literasi.
“Ada penulis buku, novelis dan sastrawan,” kata Sutejo.
Sasaran memang tidak hanya mahasiswa. Namun juga anak-anak SMA yang tertarik untuk belajar menulis.
“Kami ingin memotivasi mereka agar bisa terus belajar. Keterampilan menulis amat penting untuk sukses di masa mendatang,” tambah Sutejo.
Pada pelatihan menulis yang pertama di bulan Februari hadir pemateri Doktor Hayat. Pelatihan digelar di Sutejo Spectrum Center (SSC). Hayat telah menerbitkan 61 judul buku. Tidak hanya itu, di Universitas Islam Malang (Unisma), dia merupakan Direktur Utama Unisma Press. Artinya, dia terbiasa merancang program untuk mengakselerasikan dosen-dosen Unisma untuk giat menulis buku.
Pepatah bijak mengatakan, jika kau ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Namun, jika kau ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. Sayangnya, pepatah ini tidak berlaku bagi Hayat. Pria berusia 43 tahun ini bisa melakukan dua hal itu secara bersamaan.
Fisolofi pembelajar sepanjang hayat memang cocok dengan namanya. Hal ini tercermin dari pengakuannya pada acara Pelatihan Menulis di Sutejo Spektrum Center. Di hadapan generasi Z, Hayat tidak sungkan berbagi ilmu dan pengalamannya mengarungi dunia literasi.
"2016 saya bertemu dengan Kang Tejo dalam program Sekolah Literasi Gratis. Ilmu menulis buku saya, ya dari Kang Tejo ini. Pertama kali menulis tahun 2017, Alhamdulillah sampai sekarang sudah 61 buku," ungkap Hayat.
Hayat memberikan motivasi agar bisa sukses, kita harus fokus pada satu bidang yang disenangi. Itulah motivasi awal dirinya terjun dalam dunia menulis buku. Hayat mengaku memilih fokus pada buku-buku ilmiah populer.
Perjalanan menulis bagi Hayat adalah perjalanan batin. Ia menganggap menulis buku adalah pertautan antara pikiran dan hati. Sesuatu yang ditulis dengan hati akan hidup layaknya manusia. Maka, ia pun menganggap buku-buku yang lahir dari rahim kreativitasnya adalah anak kreatifnya.
Peserta pelatihan malam itu memang beruntung. Hayat tidak segan membeberkan kriteria buku best seller. Hal ini dikarenakan, 10 judul buku Hayat tergolong buku best seller. Berkali-kali cetak ulang memang menjadi indicator utamanya. Namun, Hayat membeberkan kriteria lain. Baginya, ada tiga karakteristik buku best seller. Pertama, segmentasi pembaca yang luas. Artinya, buku ini bisa dibaca oleh berbagai kalangan. Tidak terbatas pada satu golongan atau kalangan tertentu saja. Kedua, pasar yang luas. Agar bisa menjangkau pasar yang luas, Hayat tidak segan-segan menyarankan peserta pelatihan untuk mengirimkan bukunya ke penerbit mayor yang sudah ternama.
Pelatihan menulis yang digelar KLI mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya narasumber dari berbagai daerah. Namun juga perusahaan seperti Pelindo Marine Service (PMS) melalui CSR-nya. (inf/hen/red)
Editor : Tudji Martudji