Mochtar W Oetomo Nilai PDI Perjuangan Tepat Pilih Gus Hans
SURABAYA, iNFONews.ID - Tiga pasangan calon siap bertarung di Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur di Pilkada Serentak 2024, tentu melalui kekuatan tim yang dimiliki masing-masing pasangan. Dipastikan, di kontestasi ini bakal penuh warna pemecah suara.
Ketiga pasangan itu, petahana Khofifah Indar Parawansa (KIP)-Emil Elestianto Dardak yang mendapat dukungan 15 parpol, Luluk-Lukman dari PKB dan Tri Rismaharini-Gus Hans dari PDI Perjuangan-Hanura-Ummat.
Direktur Utama Surabaya Survei Center (SSC) Mochtar W Oetomo menilai Pilgub Jatim tidak menyisakan banyak pilihan ruang bagi PDI Perjuangan untuk menentukan pendamping Risma dari kalangan religius yakni Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) untuk menyaingi PKB.
Belum lagi mereka harus menjaga situasi dimana pada saat bersamaan tengah terjadi konflik organisasi antara PKB dan PBNU. Sementara di lain sisi, PKB memutuskan berani memunculkan calon sendiri.
"Jadi, PDI Perjuangan mesti hati-hati betul ketika memilih Tokoh NU untuk dipasangkan dengan Risma," kata Mochtar, Kamis (29/8/2024).
Urai Mochtar, PDI Perjuangan juga dinilai telah melakukan kalkulasi yang matang dengan memunculkan Gus Hans. Menambah warna hijau dalam gradasi bendera suara banteng tanpa risiko berlebihan.
"Tokoh yang ketika dipilih tidak melahirkan resistensi di kalangan pendukung PBNU dan di kalangan pendukung PKB. Ini kan rumit, sehingga dari kalkulasi itu, mungkin Gus Hans yang mungkin dianggap aman dari situasi itu," urai Mochtar.
Pakar Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini menyebut, secara umum Risma layak bersaing melawan Khofifah. Namun demikian, posisi wakil juga sangat menentukan untuk meraih kemenangan.
"Kalau dalam konteks wakil, ini persoalannya kalau Gus Hans dari kalangan NU, memiliki jaringan. Tetapi dalam politik elektoral harus diakui bahwa Gus Hans belum pernah bertarung baik di level Pilkada maupun di level legislatif. Berbeda dengan Emil yang sudah teruji di politik elektoral baik ketika menjadi Bupati Trenggalek atau pernah berpasangan dengan Khofifah," jelasnya.
"Popularitas dan elektabilitas Emil selama ini masih relatif unggul jika dibandingkan Gus Hans," tambahnya.
Namun, politik itu dinamis, bagaimana mereka mampu mengeksplorasi kelebihan yang dimiliki Gus Hans agar bisa bersaing dengan Emil dan memetakan ceruk yang mungkin diambil di kalangan Nahdliyin. (inf/ley/red)
Editor : Tudji Martudji