Lia Istifhama, Pengurus PW Fatayat NU Jatim (Foto: IN/ist)

INFOnews.id | Surabaya - Bulan Ramadlan 1444 H belum berakhir, dan belum berakhir pula perjuangan Muslim Palestina untuk bertahan melawan serangan pasukan Israel. Bahkan, di bulan suci, Polisi Israel dilaporkan melancarkan serangan terhadap puluhan warga muslim yang tengah beribadah di Masjid Al-Aqsa.

Potret brutalnya pasukan Israel tersebut terjadi pada Rabu (5/4/2023), subuh waktu setempat. Tak sedikit pemerhati sosial yang mencaci maki kejahatan pasukan Israel. Salah satunya Belén Fernández, seorang penulis asal Meksiko yang menyebut perilaku tentara Israel sebagai Terorisme Terbuka. Kejinya perilaku Zionis Israel terhadap warga Palestina, bukan kemudian tidak memiliki harapan untuk dilawan.

Spirit perjuangan Muslim Palestina dalam mempertahankan tanah kelahiran mereka, bukan tanpa dasar untuk dapat tercapai. Sejarah membuktikan, kaum Muslim Palestina berhasil mempertahankan tanah mereka tatkala diserang oleh pasukan Mongol. Peristiwa tersebut terjadi di wilayah Ain Jalut, dekat Gaza Palestina. Bahkan, terjadi di bulan suci Ramadhan, tepatnya 15 Ramadlan 658 H.

Saat itu, pasukan Mongol mencatat kekalahan dalam sejarahnya. Kemenangan pasukan muslim yang dipimpin oleh Sultan Mesir, Saifuddin Quthuz, menjadikan pasukan Mongol yang dipimpin Katbugha berakhir di wilayah Palestina.

Kemenangan pasukan Muslim melawan Mongol yang sebelumnya dikenal sangat digdaya dalam peperangan, setidaknya disebabkan dua hal, semangat jihad dan kecerdasan berstrategi. “Waa Islaamaah!”, begitu yang diserukan oleh Sultan Quthuz untuk mengobarkan semangat para pejuang Islam.

Seruan tersebut terbukti menguatkan semangat jihad para pasukannya untuk tetap teguh dan penuh keberanian melawan pasukan Mongol.

Disadur dari kitab shahih Bukhari, bahwa Rasulullah pernah menjelaskan keutamaan jihad sebagai bagian dari keimanan. Dalam hadis nomor 36 Shahih Bukhari: :“ . Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw.,beliau bersabda:

“Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia menguasakan orang yang keluar dari jalan-Nya hanya karena iman kepada-Ku dan membenarkan para Rasul-Ku maka Aku memulangkannya dengan pahala atau rampasan perang atau sorga yang diperolehnya. Seandainya bukan karena menyulitkan atas umat saya,niscaya tidak duduk-duduk di belakang detasemen tentara dan sungguh saya suka untuk terbunuh di jalan Allah kemudian saya dihidupkan, kemudian dibunuh dan dihidupkan kemudian dibunuh.”

Faktor kedua adalah kecerdasan berstrategi. Sultan Quthuz tidak serta merta menunjukkan kekuatan dari pasukannya, melainkan membiarkan pasukan Mongol merasa sombong ketika mengetahui pasukan Quthuz tidak sebanding dengan pasukannya. Tatkala pasukan Mongol maju penuh percaya diri untuk meraih kemenangan secara mudah, di saat itulah, seruan ‘Waa Islaamaah’ dari Sultan Quthuz terdengar nyaring diikuti dengan munculnya pasukan-pasukan Muslim yang semula berdiam di balik lembah, tiba-tiba keluar, menampakkan diri dan mengepung pasukan Mongol.

Dalam waktu singkat, pasukan Mongol pun meraih kekalahan untuk pertama kalinya. Kecerdasan yang dimiliki pasukan Muslim, terbukti mengalahkan kesombongan kaum kafir.

Dalam Kitab Shahih Bukhari, Rasulullah Saw pernah memperingatkan manusia tentang kesia-siaan sikap merendahkan diri karena hanya Allah SWT yang berhak mengangkat segala urusan duniawi.

“Adalah hak Allah untuk tidak mengangkat sesuatu urusan duniawi, melainkan Dia merendahkannya”. (Shahih Bukhari, hadis nomor 6183).

Maka, ditarik pada peristiwa sekarang yang mana pasukan Israel masih menyerang kaum muslim, menjadi penguat spirit jihad muslim Palestina. Dan kemenangan setelah sulitnya perjuangan, adalah hal yang bisa terjadi secara nyata, sesuai janji Allah SWT dalam Surat Al-Insyirah Ayat 5:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.  

Penulis: Lia Istifhama, Pengurus PW Fatayat NU Jatim

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru