Dukung Syaikhona Kholil Sebagai Pahlawan Nasional


Seminar Nasional Syaikhona Kholil Guru Para Pahlawan, digelar di Surabaya (Foto: IN/tudji)

INFOnews.id | Surabaya - Fraksi Partai NasDem MPR RI menggelar Seminar Nasional yang mengangkat tema "Syaikhona Kholil Guru Para Pahlawan" acara itu selain dihadiri anggota Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Jawa Timur, juga para anggota DPR dan DPR RI asal Partai NasDem, di Hotel Grand Mercure Surabaya, Sabtu (20/3/2021).

Sejumlah pemateri, selain mendukung usulan Syaikhona Kholil untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional dari negara, mereka juga menyampaikan dan memaparkan, bukti-bukti sejarah yang menguatkan usulan tersebut. 

Baca juga: Partai NasDem Temui Menkopolhukam

Selain kader dan anggota wakil rakyat dari daerah dan pusat, juga ikut diundang insan pers dari berbagai media, di Surabaya.

Dr Muhaimin M.Pd yang juga Ketua Tim Kajian Akademik & Biografi, dari hasil penelusuran dan bukti-bukti sejarah yang dilakukan, dirinya dengan runtut mengupas perjalanan Syaikhona Muhammad Kholil.

Diuraikan, bahwa peran sentral ulama dan santri pada revolusi kemerdekaan cenderung tidak mendapat ruang dalam buku-buku sejarah pergerakan Indonesia, kesulitan itu membuat penelusuran yang dilakukan juga menemukan sejumlah kendala.

Muhaimin menyebut, sepenggal sejarah penting yang terlupakan oleh banyak sejarawan, boleh jadi tidak mendapat legitimasi dalam sejarah resmi penguasa baik era orde lama dan orde baru.

"Itu karena sejarah sering tidak bertutur sesungguhnya sebagaimana diinginkan. Sejarah kadang tertindas dan sejarawan hanya mampu menggali bekas (traces). Padahal secara faktual peran ulama dan santri sangat besar dalam perlawanan melawan kolonialisme di bumi Nusantara," urai Muhaimin yang saat itu hadir ditemani rekan timnya, Dr Wasiq.

Selain diurai perjalanan sejarah mulai Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Turki Utsmani, Perkembangan Wahabi. Serta Tongkat Pendirian NU dan Estafet Ahlussunnah Wal Jamaah dari Timur Tengah dan Turki Utsmani Menuju Indonesia, yang tak lepas dari peran Syaikhona Muhammad Kholil. 

Kira-kira awal tahun 1924, ditengah kegelisahan massif kaum pesantren ini, Kiai Hasyim terus berikhtiar bermunajat dan istikharah untuk mendapat petunjuk dan isyarat. Namun demikian petunjuk dan isyarat yang diharapkan tak kunjung datang.

"Isyarat dan inspirasi justru datang dari Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, yang kemudian memanggil Kiai As'ad Syamsul Arifin mengantarkan tongkat kepada Kiai Hasyim Asy'ari serta menyampaikan sebuah pesan," urai Muhaimin, yang asal Bangkalan itu.

Setelahnya, Kiai As'ad dengan patuh mengantarkan tongkat ini kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Setelah menerima tongkat, Kiai Hasyim berujar mantap untuk mendirikan sebuah organisasi yang dapat mewadahi pemikiran dan gerakan kalangan pesantren.

Dan, kira-kira di penghujung akhir tahun 1924, Kiai As'ad kembali dipanggil oleh Syaikhona Kholil untuk mengantarkan tasbih kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Di kurun waktu tahun 1924 hingga 1926, pertemuan-pertemuan para ulama intens dilakukan.

Akhirnya, dalam pertemuan yang dilaksanakan 31 Januari 1926, disepakati keputusan untuk membentuk Komite Hijaz, yaitu komite yang ditugaskan untuk menyampaikan aspirasi Ahlusunnah Wal Jamaah pada penguasa Arab yang baru, Raja Ibn Saud. Komite itu dipimpin oleh Kiai Wahab Hasbullah dan Syaikh Ahmad Ghanaim Al Amir Al Misri.

Pemikiran dan Gerakan Syaikhona Muhammad Kholil Tentang Nasionalisme

Atau yang disebut Perpolitikan Nasional di Kurun Waktu Akhir Abad 19. Diuraikan, di era itu peran Syaikhona Kholil sangat sentral, karena menjadi rujukan para kiai khususnya dari Jawa Barat, untuk menuntaskan belajar agama ke arah timur atau dikenal dengan sebutan ngetan (ke arah timur). 

Kisah ini, oleh Muhaimin diceritakan dari penelusuran catatan hasil penelitian Snouk Hurgronje. Kemudian, sebagai murid senior dari Syaikh Nawawi Al Bantani, Syaikhona Kholil berhasil menyatukan rasa empati dan simpati ketertindasan di tanah perantauan.

Syaikhona Muhammad Kholil Inspirator Pergerakan Kebangkitan Nasional dan Nasionalisme di Kalangan Pesantren

Diuraikan oleh Muhaimin, dari hasil penelitiannya Syaikhona Muhammad Kholil sekembalinya ke tanah air, beliau menggantikan posisi Syaikh Nawawi sebagai simpulnya.

Lanjut Muhaimin, itu terbaca dari fakta sejarah tahun 1895, terjadi pertemuan antara Syaikh Nawawi Al Bantani dan Syaikhona Muhammad Kholil bersama Kiai Anwar Batang, seperti diungkap dalam kesaksian KH Dimyati Rois, Kaliwungu Kendal. Disebutkan, pertemuan dua kiai besar itu beserta karomah beliau berdua.

"Dalam catatan-catatan tulisan Syaikhona Muhammad Kholil, didapati tulisan beliau yang bersinggungan dengan nasionalisme. Ini menjadi bukti penanaman nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan Syaikhona Muhammad Kholil kepada santri-santrinya, dan catatan ini kita temukan dalam manuskrip asli," urai Muhaimin sambil menunjuk ke tampilan slide.

Manuskrip tersebut adalah bukti otentik penanaman rasa kebangsaan dengan memberikan pemahaman kepada para santri bahwa mencintai bangsanya merupakan bagian dari iman.

"Tentu ini tidak lepas dari pelajaran pokok di samping mempelajari agama juga menyelipkan tentang nilai-nilai nasionalisme kepada para santri di tengah pergolakan kolonialisme Belanda di Nusantara," lanjutnya.

Masih kata Muhaimin, bahwa keteguhan sikap Syaikhona Muhammad Kholil ditunjukkan dalam penegasan respon terhadap Kolonial Pemerintah Hindia Belanda yang diibaratkan sebagai perampok dan pencuri yang wajib di potong tangan dan kakinya.

"Ini kita temukan dalam manuskrip yang ditemukan berupa tulisan tangan Syaikhona Muhammad Kholil, di bagian atas amplop dengan kop tertulis Scheepsagentuur Voorheen J. Daendels & Co, Gravenhage, Batavia, yang artinya "Ya Allah, bahwa ini (Pemerintah Hindia Belanda) adalah Perampok dan Pencuri, maka potonglah tangan dan kakinya," ucap Muhaimin. 

Rangkaian acara itu, mewakili MUI dan NU Jatim, Miftahul Ahyar, selain mendukung juga mengatakan ikut senang dan gembira dengan usulan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Muhammad Kholil.

"Dengan bukti-bukti yang ada, menunjukkan bahwa peran Syaikhona Muhammad Kholil tidak lepas dari perjalanan sejarah sikap dan pendiriannya melawan kolonial Pemerintah Hindia Belanda serta berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, saya sangat senang usaha ini dan mendukung," katanya. (tji/red)

Editor : Redaksi

Photo
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru