INFOnews.id | Surabaya - Pernah mendengar kisah gempa besar di Aceh dan Padang? Guncangan hebat itu memporak-porandakan kota dan menelan ribuan nyawa. Namun, sejumlah gedung masih berdiri kokoh karena menggunakan fondasi karya dua ilmuwan asal Kota Surabaya. Ir Ryantori dan Ir Sutjipto.

Temuan awal mereka bernama Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL). Fondasi khusus tanah lunak ini menggemparkan dunia. Setelah Ir Sutjipto wafat, Ryantori kemudian menemukan novelty bernama Konstruksi Jaring Rusuk Beton Pasak Vertikal (KJRBPV) atau KJRB pada 2014 sebagai penyempurnaan.

Ir Ryantori memberikan pasak-pasak pada daerah tertentu untuk menghindari kemiringan bangunan. Temuan itu dipatenkan dengan nama fondasi KJRBV atau KJRB. Pada tahun 28 Oktober 2016, Kemenkumham menerbitkan paten KJRB dan fondasi mulai diaplikasikan.

PT Cipta Anugerah Indotama (CAI) merupakan perusahaan kontraktor design and build khusus Konstruksi Jaring Rusuk Beton Pasak Vertikal (KJRBPV) atau KJRB yang menjalankan proyek fondasi ini.

"Sudah ada 18 gedung di Indonesia yang menggunakan KJRB atau fondasi penyempurnaan dari KSLL," kata Direktur Utama PT CAI Ir Hadi Wardoyo, Senin (22/1/2024).

Bangunan pengguna KJRB antara lain adalah Masjid Moeldoko dan Terminal Peti Kemas PT Pelindo 3. Bukan tanpa alasan jika kontraktor memilih KJRB. Terutama karena KJRB memiliki sejumlah kelebihan. Bisa digunakan untuk gedung-gedung tanggung daerah gempa dan daerah tanah lunak.

"Apalagi ada pasaknya, mungkin lebih cocok menahan kemiringan," sambung Hadi.

PT CAI secara khusus ditunjuk oleh penemu untuk mengembangkan, memasyarakatkan, menggunakan dan melaksanakan fondasi KJRB.

"Penemu tidak merekomendasikan fondasi ini disub-con kan kepada siapapun. Hanya diperbolehkan kepada PT CAI yang ditunjuk oleh penemu," kata Hadi yang juga membantu pengembangan KSLL di seluruh Indonesia selama 20 tahun.

Disebutkan, pada tanggal 6 November 2020, Ir Ryantori meninggal dunia. PT CAI menjadi penerus pengembangan fondasi ini. Hadi menggandeng tokoh dan akademisi.

"Saya sampaikan bahwa teknologi ini harus terus hidup. Karena bagaimanapun ini adalah ilmu pengetahuan. Meskipun penemu fondasi KJRB sudah meninggal, tapi teknologinya tidak boleh mati. Teknologi ini harus terus hidup," tegasnya.

Terkait itu, Direktur Utama PT CAI Hadi Wardoyo berharap agar pemangku kebijakan, memberikan perhatian terhadap KJRB. Karena penemu teknologi ini telah menyelamatkan ribuan nyawa pada saat gempa dan menyelamatkan aset negara triliunan dengan menciptakan KSLL maupun novelty bernama KJRB di masa hidupnya. (inf/rls/red)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru