ACT Lakukan Pendampingan Penyintas Wamena
Aksi Cepat Tanggap menyiapkan ratusan kotak makan yang di bagikan kepada para penyintas konflik wamena. INPhoto/Pool
Surabaya, Infonews.id - Sebanyak 120 warga Jawa Timur perantauan yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, tiba di Lanud Abdurahman Saleh, Malang Sekitar pukul 14.55 WIB.
Mereka mendarat menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara (TNI AU). Kedatangan warga Jawa Timur disambut langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah pejabat daerah lainnya, pada Rabu (2/10) kemarin.
Lelah, lemas dan pasrah tercermin dari wajah warga Jawa Timur yang baru saja tiba di Malang. Pasalnya perjalanan yang mereka tempuh cukup lama membutuhkan 8 jam perjalanan udara.
Rasa haru dan lega terlihat dari wajah para korban saat mereka tiba di Malang.
Tak jarang, dari mulut mereka mengucap rasa syukur sampai di Malang dengan selamat. Para korban mayoritas berasal dari dari Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Madura.
Para korban kerusuhan di Wamena itu tiba dengan pakaian mereka yang sederhana. Bahkan, beberapa pakaian yang mereka gunakan terlihat rusuh membawa barang seadanya, yang bisa diselamatkan saat kerusuhan terjadi. Bahkan Beberapa barang berharga, sudah tidak bisa diselamatkan kembali.
Mereka ada yang dari Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Madura. Di kampung halaman, mereka ingin menenangkan diri.
Menyambut kepulangan ratusan penyintas wamena yang terdiri dari warga jawa timur Aksi Cepat Tanggap menyiapkan ratusan kotak makan yang di bagikan kepada para penyintas konflik wamena, serta menyediakan layanan kesehatan, dan traumahelling bagi anak-anak.
Total ada 120 warga Jawa Timur yang mengadu nasib di Wamena, Papua, Dari total itu, terdiri dari orang tua, orang dewasa dan anak-anak. Walapun belum semua warga jawa timur yang belum bisa kembali ke kampung halaman, karena masih banyak juga warga jawa timur yang masih berada di pengungsian yang menunggu jadwal kepulangan menuju kampung halaman.
Salah satu rombongan penyintas wamena, Priska & Trisesi warga Aceh Tenggara yang hari ini ikut rombongan warga Jawa Timur yang eksodus akibat Konflik Kemanusiaan yang terjadi di Wamena. Malam ini, Adik Kakak yang membawa dua anak balita ini merasa bingung karena belum tahu kapan bisa pulang ke daerahnya.
"Saya asal dari daerah Cane, saya mau malam ini sudah bisa terbang ke Medan. Karena kalau ke Aceh Tenggar akan lebih dekat melalui Medan," ungkap Trisesi.
Trisesi sedikit menjelaskan tentang konflik kemanusiaan wamena yang ia alami "Suami saya PNS disana, dia masih ada disana. Kami pulang karena benar-benar gak ada lagi yang bisa saya harapkan disana. Kos kosan kami dibakar, motor kami hangus sudah. Kami hanya bawa berkas-berkas penting dan baju seadanya," tuturnya.
Setelah sampai Lanud Abdurahman Saleh para warga Jawa Timur diantar mendatangi Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah) Malang untuk pendataan lebih lanjut menyiapkan proses mengatarkan mereka ke daerah masing masing.
Sebagian dari mereka, terutama para suami masih bertahan di Wamena. Mereka meminta istrinya untuk segera keluar dari Papua demi keselamatannya. Sehingga mereka terpaksa ikut pemulangan rombongan warga Jatim.
"Ayah tidak apa-apa di Papua dulu, yang penting kalian keluar dulu, hidup dulu, selamat dulu sampai Aceh'," ucapnya.
Tim ACT Jawa Timur, Wahyu mengungkapkan, hingga saat ini ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, untuk melakukan pendampingan kepada kedua warga Aceh tersebut, hingga pulang ke kampung halamannya.
"Kami juga bergerak untuk menggalang kepedulian masyarakat, agar mereka bisa kembali ke Aceh bersama keluarganya seperti harapan suaminya yang masih bertahan di Wamena," kata Wahyu.
Hingga saat ini, ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan pendampingan kepada warga terdampak konflik di Wamena dengan melakukan pendampingan kepada para penyintas wamena hingga pulang ke daerah masing masing.
Editor : Redaksi