29,5 Persen Warga Jogja Tidak Percaya Keefektifan Vaksin COVID-19
INFOnews.id | Bantul - Masifnya sosialisasi vaksinasi COVID-19, bahkan Presiden Joko Widodo turun langsung memantau vaksinasi COVID-19 di berbagai daerah di Indonesi tak membuat masyarakat percaya 100 persen keampuhan vaksin untuk menangkal COVID-19.
Anggota Komisi I, DPR RI, Sukamta mengatakan survei pada bulan Januari 2020 yang lalu menunjukan masih ada masyarakat yang tidak percaya vaksin manjur.
“Merujuk pada survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada periode 13-18 Januari lalu ternyata masih ada masyarakat yang tidak percaya keefektifan vaksin dalam melawan Covid-19,” katanya dalam diskusi bertajuk pemanfaat tehnologi informasi (IT) dalam sosialisasi bahaya Covid-19 dan vaksinasi yang digelar secara online pada Sabtu (20/3/2021).
Sebagai buktinya kata politisi PKS ini, dari survei itu sebanyak 42,5 persen warga DKI Jakarta dan 29,5 persen warga DIY tidak percaya kemanjuran vaksin yang digalakan pemerintah. Sementara sisanya yaitu 55,8 persen dan 68 persen percaya.
Sukamta menjelaskan ketidakpercayaan ini karena masih munculnya berita bohong atau hoaks tentang vaksin yang disebar ditengah masifnya sosialisasi dan penggalakan vaksinasi Covid-19. Kondisi disebabkan sosialisasi yang dilakukan pemerintah sangat pasif dan hanya berjalan searah.
“Pandemi ini telah mengubah format interaksi komunikasi kita, dari dunia analog ke dunia digital. Dampaknya, akses informasi bisa dinikmati langsung setiap individu dengan cara beragam, terlebih jumlah gadget di Indonesia saat ini lebih banyak dari jumlah penduduknya,” katanya.
Atas kondisi tersebut, Sukamta mendesak pemerintah melalui Kementeri Informasi dan Komunikasi untuk lebih aktif dan proaktif dalam sosialisasi vaksin. Pemerintah harus mampu merespon berbagai pertanyaan yang diajukan masyarakat tentang vaksin.
Pemerintah dituntut transparansi dalam menginformasikan masalah COVID-19. Karena banyak pertanyaan dari masyarakat, pemerintah yang tak kunjung dijawab dan ini menghasilkan spekulasi dan menimbulkan hoaks, termasuk soal vaksin.
“Tantangan ini harus dijawab sesegera oleh pemerintah agar tingkat kepercayaan masyarakat atas informasi tentang Covid-19 tidak menurun," tegasnya.
Sementara pakar teknologi informasi, Roy Suryo mengatakan masih munculnya ketidakpercayaan dan kritikan pada upaya vaksinisasi ini karena keterlambatan pemerintah dalam menyiapkan berbagai informasi kepada masyarakat.
“Akibatnya informasi dicari, datang sendiri, atau malah dibuat sendiri berdasarkan berbagai sumber yang masuk ke mereka. Kacaunya kemudian disebar tanpa melakukan konformasi. Sehingga banyak berita yang negatif,” katanya.
Agar pesan tentang keefektifan vaksin ini masif tersebar dan bisa sepenuhnya dipercaya masyarakat, Roy menyarankan pemerintah menggunakan media informasi yang sesuai dengan umur yang disasar.
"Jumlah gawai yang dimiliki masyarakat jumlahnya melebihi jumlah penduduk Indonesia. Pemerintah harus pintar-pintar memilih media untuk sosialisasi vaksinasi," ujar mantan Menpora di era pemerintahan SBY ini. (dar/red)
Editor : Redaksi