INFOnews.id | Jakarta - Hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin (23/5/2022).
Diperoleh redaksi, data per hari Rabu (25/5), wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.
Baca juga: BNPB Salurkan Bantuan Pangan Penanganan Darurat Bencana di Papua Pegunungan
Per tanggal 24 Mei 2022, empat desa masing-masing Desa Randusanga Wetan, Desa Randusanga Kulon, Desa Prapag Lor dan Desa Prapag Kidul di Kabupaten Brebes terdampak banjir rob dengan tinggi muka air 10-20 sentimeter. Kemudian Kota Tegal melaporkan empat kelurahan yakni Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Panggung dan Kelurahan Mintaragen terendam banjir rob hingga ketinggian 45 sentimeter.
Kelurahan Dampuak di Kabupaten Tegal dilaporkan terendam banjir rob dengan ketinggian 40-100 sentimeter. Banjir rob juga dilaporkan merendam wilayah Kota Pekalongan dengan ketinggian muka air antara 10-90 sentimeter.
"Akibat peristiwa itu, sebanyak 221 jiwa terpaksa harus mengungsi. Kabupaten Pekalongan melaporkan empat desa yang terdampak banjir rob dengan ketinggian 5-40 sentimeter. Keempat desa tersebut meliputi Desa Tegaldowo, Desa Karangjompo, Desa Mulyorejo dan Desa Depok. Berikutnya di Kabupaten Pemalang ada sebanyak delapan desa yang terendam banjir rob dengan ketinggian air 30-100 sentimeter," seperti disampaikan Abdul Muhari.
Kedelapan desa itu meliputi Desa Pesantren, Desa Mojo, Desa Ketapang, Desa Kaliprau, Desa Tasikrejo, Desa Blendung, Desa Kertosari dan Desa Limbangan. Adapun wilayah Kabupaten Batang, banjir rob dengan tinggi muka air hingga 40 sentimeter mendam Desa Klidang Lor dan Kelurahan Karangasem Utara, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.
Banjir rob dilaporkan berdampak di lima desa dan dua kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, yakni Desa Mororejo, Desa Wonorejo, Desa Kartikajaya, Desa Wonosari, Desa Pidodokulon, Kelurahan Karangsari dan Kelurahan Bandengan. Peristiwa itu berdampak pada 1.847 jiwa.
Di Kota Semarang telah terjadi banjir rob dengan tinggi muka air hingga lebih dari 1 meter. Peristiwa itu terjadi setelah tanggul penahan air laut jebol karena tidak mampu menampung air laut yang terus naik akibat gelombang tinggi. Wilayah paling parah terdampak banjir rob adalah di kawasan Lamicitra, termasuk wilayah Bandarharjo, Kebonharjo, Tambak Lorok dan Kemijen yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.
Rob juga terjadi di Desa Sriwulan, Desa Purworejo, Desa Morodenak dan Desa Margolinduk di Kabupaten Demak. Peristiwa itu telah berdampak pada kurang lebih 10 ribu jiwa. Ketinggian muka air akibat rob tercatat 25-100 sentimeter. Termasuk di Kabupaten Jepara, meliputi Desa Kedungmalang, Desa Surodadi dan Desa Panggung. Jarak rumah yang terdampak banjir rob rata-rata hanya kurang lebih 500 meter dari bibir pantai. Banjir itu merendam permukiman warga dengan ketinggian muka air 10-20 sentimeter.
Baca juga: Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana Tanggal 24 April 2025
Kabupaten Pati juga tak luput, paling banyak terdampak banjir rob. Wilayah tersebut meliputi Desa Puncel, Desa Banyutowo, Desa Dukuhseti, Desa Alasdowo, Desa Tegalombo dan Desa Kinanti di Kecamatan Dukuhseti. Kemudian Desa Dororejo, Desa Sambiroto, Desa Tunggulsari, Desa Jepatlor, Desa Margotuhu dan Desa Keborama di Kecamatan Tayu. Adapun Desa Margomulyo, Desa Bulumanis, Desa Pangkalan, Desa Pohijo, Desa Tunjungrejo dan Desa Margotuhu di Kecamatan Margoyoso.
Selanjutnya Desa Kertomulyo, Desa Sambilawang, Desa Tlutub, Desa Khadilangu dan Desa Guyangan di Kecamatan Trangkil. Berikutnya adalah Desa Bendar, Desa Kudukeras dan Desa Bakaran di Kecamatan Juwana. Banjir rob juga melanda wilayah Kabupaten Rembang. Di wilayah kabupaten paling timur di bagian utara provinsi Jawa Tengah itu sedikitnya ada sembilan desa yang terdampak, meliputi Desa Gegunung Kulon, Desa Pandean, Desa Tasikagung, Desa Pantiharjo, Desa Pasar Banggi, Desa Pandangan, Desa Karangharjo, Desa Kalipang dan Desa Banyudono.
Dari seluruh wilayah yang terdampak, ada 119 KK yang terdampak dan 11 orang warga mengungsi. Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya fenomena _perigee_, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi. Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat mempengaruhi adanya pasang surut air laut.
Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa. Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sejak 13 Mei 2022 terkait adanya potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia yang bersamaan dengan datangnya fase bulan purnama dan _perigee_.
Baca juga: Pascagempa Myanmar, Pemerintah Indonesia Kirim Personel USAR
Menurut BMKG, banjir rob seperti yang terjadi di sepanjang pantura diprediksi dapat berlangsung hingga 25 Mei 2022. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama lintas instansi dan relawan di masing-masing kabupaten dan kota yang terdampak terus berupaya untuk melakukan penanganan darurat bencana dengan memprioritaskan keselamatan masyarakat.
BPBD dan tim gabungan yang lain juga fokus pada pengurangan risiko bencana dan meminimalisir dampak apabila terjadi bencana susulan dengan membuat penahan gelombang sementara, membersihkan sumbatan sungai dan melakukan normalisasi muara-muara sungai.
Masing-masing BPBD juga telah mendirikan tenda pengungsian dan posko darurat bencana termasuk dapur umum guna menyuplai kebutuhan permakanan bagi warga terdampak. Sebagai bentuk responsif dan kepedulian terhadap keselamatan masyarakat, BPBD dari kabupaten dan kota terdekat menerjunkan tim guna membantu percepatan penanganan bencana, seperti dari BPBD Kabupaten Grobogan, BPBD Kota Salatiga, BPBD Kabupaten Banjarnegara dan lintas instansi terkait lainnya.
"Guna mengantisipasi adanya bencana susulan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada seluruh instansi OPD terkait dan masyarakat agar bersama-sama melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Upaya seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan di kawasan pesisir. Untuk jangka menengah dan panjang, rehabilitasi ekosistem pesisir seperti mangrove perlu dikedepankan sebagai benteng alam dalam mencegah rob," tulis Abdul Muhari, Ph.D. Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam rilisnya. (inf/rls/red)
Editor : Tudji Martudji