Potret Komunitas Klub Mobil yang Santun dan Peduli di Jalan
SURABAYA, iNFONews.ID - Klub mobil seringkali diidentikkan dengan arogansi dan perilaku ugal-ugalan yang mengganggu di mata masyarakat.
Namun, hal ini tidak berlaku untuk komunitas Mobil City Car Suzuki Karimun Estilo yang mungil. Mobil-mobil ini rata-rata keluaran tahun 2007 hingga 2012.
Para pendiri komunitas mobil irit ini menyebut diri mereka Skesi, singkatan dari Sahabat Suzuki Karimun Estilo Indonesia. Mereka telah berdiri sejak tahun 2020 dan pertama kali dideklarasikan di Provinsi Jawa Timur.
"Kami ingin menjadi komunitas mobil yang berkendara dengan sopan. Tidak hanya melaju ugal-ugalan yang mengganggu pengendara lain," ujar Budi Hari, ketua Skesi Jawa Timur.
Saat ini, anggota klub sudah mencapai lebih dari 300 orang dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur.
Budi juga berperan sebagai penggagas dan pembina Skesi di seluruh Indonesia, dengan anggota mencapai sekitar 1000 orang dari berbagai provinsi di tanah air.
Kegiatan yang dilakukan oleh Skesi tidak hanya sebatas kongkow-kongkow di jalan, ngopi darat, ngoprek mesin, atau sekadar utak-atik mobil. Mereka berusaha melakukan kegiatan yang bermanfaat dan menjadi ladang kebaikan bagi anggota Skesi.
Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah memberikan santunan kepada anak-anak yatim dan piatu, terutama kepada anak yatim dari anggota Skesi yang telah meninggal. Santunan diberikan menjelang hari raya Idul Fitri.
“Biasanya kami berikan santunan kepada anak-anak yatim, dua minggu sebelum hari raya Idul Fitri. Hitung- hitung kita memberikan istilahnya THR dan berbagi kebahagiaan dengan mereka”. Ujar Budi
Ada juga Bentuk donasi sosial lain. yakni Santunan kepada keluarga anggota Skesi yang sudah meninggal, baik suami dan istri.
Selain itu secara spontan para anggota juga tergerak untuk patungan memberi donasi sosial kepada para korban bencana. Seperti bencana erupsi Semeru Lumajang beberapa waktu lalu.
Nah semua dana untuk santunan dan donasi sosial tersebut, ditarik ke anggota secara sukarela alias tanpa paksaan. Begitu juga nominalnya juga seikhlasnya dari anggota. Namun meski begitu mayoritas anggota tergerak untuk berpartisipasi tanpa disuruh.
Di Komunitas ini uniknya tidak menarik iuran rutin dalam bentuk apapun terhadap anggotanya. Baik itu iuran wajib mingguan, bulanan atau tahunan.
“Kami sengaja tidak membebani anggota dengan iuran rutin dalam bentuk apapun. Semua dana kegiatan sifatnya bantingan atau patungan bersama. Misal saat kopdar kita urunan untuk bayar konsumsi dan sewa tempat. Dana kita galang jelang beberapa waktu sebelum hari H,” Jelas Budi
“Kami tidak ingin anggota terbebani soal uang dan sesuatu bersifat materi yang mengikat atau memaksa hahaha,” kelakar Budi
Karena menurutnya persaudaraan, jiwa kekeluargaan, dan saling peduli lebih penting dalam membangun komunitas seperti Skesi.
“Kita biasa saling peduli terhadap anggota. barangkali ada kendala mobil mogok dan kendala lain di jalan. Siapa pun yang dekat pasti tergerak untuk cepat membantu," kata Budi
Dan hal lainnya yang unik, meski anggota Skesi menjual mobil Estilo miliknya dan ganti dengan mobil lain. Mereka tetap dibolehkan menjadi anggota Skesi.
“Jiwa kekeluargaan dan persaudaraan kami tidak akan luntur hanya karena kita beda atau sudah ganti mobil," senyum Budi.
Sebuah potret komunitas mobil yang mungkin menjadi inspirasi. Agar terhindar dari stigma negatif masyarakat yang menilai klub mobil atau motor biasanya terkesan arogan dan Norak.
Jauh dari kesan sok gahar dan suka konvoi ngawur di jalan. Yang mengganggu kenyamanan pengendara lain.
(ANZ).
Editor : Alim Kusuma