Bang Boleng Bintu Aji, Sebuah Renungan Yudi Pelaut
Surabaya - Gemulai tubuh perempuan berbalut kain merah dengan altar gelap, cukup mencuri perhatian setiap mata yang memandang. Ragam gerakan sosok perempuan yang menggapai bulan, matahari dan bintang tertuang apik disetiap kanvas Seni Rupa Bercerita berjudul “Bang Boleng Bintu Aji”, karya Tri Iswahyudi yang dipamerkan di Orasi Art Gallery, Surabaya.
Deretan frame seni rupa itu merupakan buah dari renungan Tri Iswahyudi atau lebih dikenal Yudi Pelaut, selama menjalani hidup sebagai pelaut. Meski laut memberikan banyak ide, namun untuk Pameran Seni Rupa Bercerita ini Yudi tak menggambar laut secara nyata dalam rupa seperti yang biasa kita lihat. Ia menokohkan seorang perempuan dalam setiap kanvasnya.
Yudi menuturkan, pameran kali ini merupakan kelanjutan dari pameran tunggal sebelumnya. Jika tema pameran pertama adalah tahapan “mencari diri” sehingga dijuduli “Pencarian Diri”, sementara tema pameran kedua kali ini adalah tahapan "menemukan diri". Setiap karya yang Ia juluki “Si Merah” itu, mewakili diri Yudi atau siapa saja tentang sebuah perjalanan hidup yang harus terus mencari kesejatian.
"Ini adalah pesan spiritual kembali ke Tuhan. Pameran tunggal pertama adalah mencari diri dilaut, seri kedua ini menemukan diri," tuturya.
Lantas apa makna tersirat dari baju perempuan itu? Kapten kapal ini mengatakan, setiap gelombang indah baju perempuan disetiap lukisannya menyiratkan laut. Sedangkan sosok perempuan sengaja Ia pilih karena perempuan selalu menarik untuk dilihat.
"Gerakan meliuk dari tubuh atau gaun Si Merah sebenarnya juga menggambarkan ombak lautan itu," ujarnya.
Ada yang menarik tentang cerita-cerita Yudi dalam proses berkarya. Dalam pameran ini, ia mencoba menghungkapkan lebih banyak dalam tuturan.
“Apa yang saya lukis adalah sebagian dari kisah-kisah dan makna-makna yang saya dapatkan selama melukis di laut. Jika selama ini saya kesulitan bercerita tentang bagaimana saya melukis, kali ini saya bisa bercerita panjang,” tegasnya.
Yudi menyebut, lukisan ini adalah cara bercerita yang lebih dalam tentang makna sesungguhnya di balik yang ia gambar. Narasi itu tidak ia beberkan satu per satu di setiap lukisan, namun ketika ke-34 lukisan itu dipajang Yudi menjadikan semua lukisannya itu sebagai sau kesatuan utuh cerita yang tak terpisahkan.
Tentang “Bang Boleng Bintu Aji”, Yudi ingin menyampaikan satu pesan utama yang ia ingin bagi lewat pameran ini. Menurutnya ada banyak hal di lautan yang membawa nilai-nilai spiritual yang sangat sarat makna.
Dalam pewayangan, “Bang Boleng Bintu Aji” disebut Poleng Bang Bintulu Aji itu dikenali sebagai kain yang dikenakan oleh beberapa tokoh pewayangan. Hanya ada empat tokoh dalam pewayangan yang menggunakan yaitu Batara Bayu, Hanuman, Werkudara atau Bima, dan Dewa Ruci.
"Merekalah yang dianggap paling pantas mengenakan kain berwarna hitam, putih, merah dan kuning. Di tangan keempat tokoh ini, kekuatan besar jagat raya mampu ditundukkan. Maka jika ini diketahui, ketika melihat kain yang membungkus tubuh seseorang, kita tak hanya akan melihatnya begitu saja. Namun maknanya lah yang membuat kita makin masuk ke dalam. Nah lewat perjalanan yang dilakukan oleh Si Merah yang selalu saya gambarkan di setiap lukisan itulah penemuan diri itu saya beberkan,” lanjut Yudi.
Selama melukis di lautan ketika berlayar, Si Merah inilah yang selalu menuntun Yudi mulai dari menemukan ide, bahkan sampai memberinya tahu tentang warna cat yang harus ia sapukan di atas kanvas hingga detail-detail yang lain.
"Filosofi tentang Si Merah sendiri bila ingin digali lebih dalam lagi, sangatlah mungkin. Intinya, semua cerita di dalam karya Yudi yang semua dilukis di lautan ketika berlayar itu adalah bentuk dari perjalanan hidup Yudi untuk mendapatkan diri sejati,"pungkasnya. Sumber /sindonews.com
Editor : Redaksi