SURABAYA - Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) terus mendorong kinerja para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar mampu meraih pasar global.
Salah satunya dengan meningkatkan akses internet ke seluruh Indonesia yang disertai dengan peningkatan pemahaman tentang pemanfaatan e-commerce dalam meningkatkan kualitas dan daya saing produk UMKM.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Kemaritiman Kemkominfo RI Septriana Tangkary mengatakan, di sisi lain, pemerintah juga telah menyusun peta jalab e-commerce nasional yang merupakan hasil kolaborasi lebih dari 8 kementerian dan lembaga pemerintah lainnya yang jika terimplementasikan tepat waktu maka terproyeksikan nilau transaksi e-commerce sebesar USD 130 miliar pada 2020 mendatang.
Namun demikian, menurutnya, yang harus ditekankan terlebih dahulu adalah bahwa UMKM harus miliki kepercayaan diri terhadap produk yang dihasilkan. Karena selama ini yang ditemuinya, para pelaku UMKM masih merasa barangnya belum sempurna.
"Cara berpikir itu yang harus diubah. Mulai sekarang pelaku UMKM harus lebih percaya diri. Setidaknya menuliskan di produk ciptaannya, made in Indonesia. Barang kita bagus, tapi kita lupa menulis made in Indonesia. Akhirnya diklaim barang luar negeri," terangnya di Surabaya, kemarin.
Kemenkominfo sendiri, lanjut Septiana, terus mendorong UMKM agar naik kelas. Salah satunya mendorong bergabung dengan marketplace. Menurut data Kemkominfo pada 2018 kemarin, sebanyak 9,61 juta unit UMKM telah memanfaatkan platform online.
Meski belum seluruhnya dari jumlah UMKM di seluruh Indonesia, namun telah menunjukkan progres signifikan. Sejak 2017 hingga 2019 telah tercatat 9,43 juta ikut program kerjasama yang digagas Kemenkominfo dengan marketplace.
Selanjutnya mana yang sudah dianggap sudah mampu meraih pasar daring terus didorong ke pasar internasional. Sedangkan yang belum, terus didorong agar dapat bersaing.
"Mana yang sudah skill up, mana yang sudah berjualan dengan produk ekspor," tandasnya. Di tempat yang sama, Governor East Java ICSB Mufid Wahyudi menuturkan, jumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menembus pasar ekspor di Jawa Timur masih sangat sedikit.
Berdasarkan data International Council for Small Business (ICBS) dari delapan jutaan UMKM di Jatim, yang mampu mengekspor barang hanya dua persen.
"Ini yang harus kita galakkan sekarang. Dari ICSB, bagaimana kami mendorong UMKM untuk bisa naik kelas," ujarnya.
Pria yang juga praktisi ekspor-impor itu menilai, selama ini titik masalah belum mampunya UMKM menembus pasar internasional adalah soal konsistensi kualitas. Contoh yang dijadikan samplekerap ditemukan ada ketidaksamaan dengan barang yang dikirim.
"anyak elemen penilaian itu jangan sampai sampleyang sudah dikirim, setelah itu barang dikirim jadi berbeda barangnya. Baju adalah contoh yang banyak," ungkapnya.
Mufid berharap, banyak event yang diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi dari produk agar diterima di pasar ekspor. Sehingga, UMKM yang menuju pasar ekspor bisa terus bertambah setiap tahunnya. (anto)
Editor : Redaksi