Budidaya ikan kolam dihidupkan kembali (Foto: IN/Daru)

INFONews.id | Yogyakarta - Budidaya ikan yang menggunakan lahan milik tanah kas Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta yang sempat berkembang pesat pada tahun 2010 silam.

Namun tak bertahan lama karena disebabkan oleh berbagai faktor hingga sama sekali tidak ada kegiatan budidaya ikan. Kini pemerintah Desa Gilangharjo kembali mencoba menghidupkan kembali budidaya ikan dengan membentuk kelompok budidaya ikan Mina Dompon Sejahtera yang berada di Dusun Kadisoro, Desa Gilangharjo dengan melibatkan 12 anggota kelompok budidaya ikan secara mandiri dan tidak tergantung dari bantuan dari pemerintah.

"Mulai tahun 2018 dengan 12 anggota kelompok budidaya ikan, Pemerintah Desa Gilangharjo mencoba menghidupkan kembali budidaya ikan dengan fokus untuk pembibitan hingga pembesaran ikan lele, gurami dan nila serta ikan hias," ucap Lurah Desa Gilangharjo, Pardiyono disela-sela acara Launching Pengembangan Kawasan Sentra Budidaya Ikan Berbasis Kawasan di Desa Gilangharjo, Selasa (4/8/2020). ‎ 

Dengan yang sifanya mandiri dan benar-benar punya niatan untuk melakukan budidaya ikan diharapkan kasus budidaya ikan tahun 2010 yang sempat maju namun kolep karena hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah maka dalam dalam kerjanya tidak serius karena hanya menjalankan modal dan tidak memikirkan keuntungan dan keberlangsungan usaha budidaya ikan.

‎"Pemdes Gilangharja memang memberikan bantuan namun bantuannya hanya berupa peningkatan kapasitas kelompok dalam usaha budidaya ikan dan memfalitasi tanah kas desa sebagai tempat kolam. Kita juga mencoba menghubungkan dengan Dinas Pertanian Pangan Keluatan dan Perikanan serta pergutuan tinggi agar ada transfer ilmu pengetahuan terkait budidaya ikan," ungkapnya. 

Ketua Kelompok Budidaya Ikan Mina Dompo Sejahtera, Lin Sudarwan mengatakan dengan 88 petak kolam yang ada, khususnya untuk petak kolam yang berisi ikan lele dalam satu bulannya bisa panen lele 2 hingga 3 ton.

"Jadi sistem budidaya pembesarannya digilir tidak serentak sehingga nantinya panennya bisa bergiliran. Satu minggu sekali bisa panen ikan lele," ungkapnya.

Dibandingkan jenis ikan lain seperti nila dan gurami paling cepat panennya adalah ikan lele, apalagi untuk kebutuhan bibit dari kelompok sendiri karena sudah bisa melakukan pemijahan telur ikan lele.

"Jadi dalam siklus budidaya lele bisa terjaga, mulai dari bibit hingga penjualan lele menggunakan satu pintu sehingga tidak ada persaingan dalam satu kelompok. Apalagi kelompok anggotanya mandiri dan tidak ada ketergantungan dengan kelompok yang lainnya," katanya.

Diakui Lin, sebelum dikelola oleh Kelompok Budidaya Ikan Dompo Sejahtera memang sudah ada petak kolam ikan yang menganggur namun kemudian diperbanyak hingga 88 petak kolam meski saat belum terisi ikan semua karena ada kolam yang yang dalam proses pembuatan dan ada kolam yang perlu perbaikan.

"Tapi saat ini lebih 80 persen kolam terisi ikan dan terbanyak ikan lele karena masa panen yang cepat dan keuntungannya lebih menjanjikan," ujarnya.

Sementara Kepala Prodi Aqua Kultur, Fakultas Pertanian, Departemen Perikanan, Universitas Gajah Mada, Hardiningsih yang memberikan pendampingan kepada Kelompok Budidaya Ikan Dompon Sejahtera, Dusun Kadisoro mengatakan tahap pertama dalam pendampingan yakni bagaimana para pembudidaya ikan ini mampu menyiapkan satu siklus mulai dari penyedian bibit hingga siap panen.

"Ketika bisa memproduksi benih maka kebutuhan dalam satu siklus produksi ikan bisa terpenuhi. Termasuk bagaimana menyiapkan pakan benih yaitu cacing sutra yang bisa dihasilkan dari sisa limbah air kolam lele," katanya.

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah sistem penjualan hasil produksi ikan melalui satu pintu sehingga harus disiapkan manajemen yang baik. Harapan dengan satu pintu maka tidak ada persaingan antar anggota.

"Jadi produksi ikannya sendiri-sendiri namun penjualan harus satu pintu. Kalau tidak maka akan sangat berbahaya," ujarnya. (dar)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru